Mohon tunggu...
Firdaus Cahyadi
Firdaus Cahyadi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Firdaus Cahyadi, penikmat kopi dan buku. Seorang penulis opini di media massa, konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana di Media, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Untuk layanan pelatihan dan konsultasi silahkan kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengejar Mimpi Naik Haji

19 Desember 2018   11:03 Diperbarui: 20 Desember 2018   16:54 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengunjungi rumah Allah SWT di Ka'bah adalah impian setiap muslim. Hampir setiap kali menyebut kata haji, aku teringat dengan almarhum bapak dan almarhumah ibuku. Mereka begitu berkeinginan bisa menunaikan ibadah haji. Bahkan, almarhumah ibuku, ingin suatu saat bisa bersama-sama dengan ke-6 anaknya berangkat haji ke Mekkah. 

Suatu hari Ibuku berkata,"Kalau punya uang, tidak akan dibelikan mobil dulu sebelum bisa berangkat haji". Begitu bersemangatnya almarhumah Ibuku untuk bisa berangkat haji. Namun, Allah SWT berkehendak lain. Hingga akhir hayatnya, almarhum bapak dan almarhumah ibuku belum sempat berkunjung ke Mekkah.

Almarhum bapak dan almarhumah ibuku bukanlah orang kaya. Mereka hanya pedagang kecil di sebuah kelurahan di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Uang yang dihasilkan dari usahanya selain habis untuk makan sehari-hari juga untuk membiayai ke-6 anaknya. "Anak laki-laki harus pintar, kalau bisa menjadi Insinyur," ujar ibuku saat aku masih duduk di bangku SMA.

Singkat kata, penghasilan kedua orang tuaku belum sempat menabung, sedikit demi sedikit, dari hasil dagangnya untuk pergi haji. Mungkin saat kedua orang tuaku masih hidup, belum ada tabungan haji. Andai saat itu sudah ada tabungan haji, mungkin kedua orang tuaku sudah bisa memenuhi keinginannya untuk berangkat haji di Mekkah.

Apa yang bisa aku pelajari dari kejadian itu? Salah satu pelajaran penting yang aku dapat pelajari adalah ketika kita bermimpi naik haji, kita harus mempersiapkan segalanya sejak dini. Saatnya berhaji menjadi kenyataan bila kita sudah mempersiapkannya. Salah satu persiapan itu adalah dengan menabung. Menyisihkan sebagian penghasilan kita untuk ditabung.

Menabung haji di bank? Apakah itu tidak riba? Bagaimana mungkin kita bisa tenang berhaji kalau berangkatnya menggunakan uang riba dari bank?

Itu sejumlah pertanyaan yang mungkinmenghantui kita ketika kita hendak membuka rekening tabungan haji. Padahal bila kita telisik lebih dalam lagi, tabungan haji, seperti tabungan haji di Bank Danamon ini, menggunakan prinsip syariah. Tabungan Rencana Haji iB dari Bank Danamon adalah tabungan rencana menggunakan prinsip Syariah bagi hasil (Mudharabah). Bukan hanya itu, tabungan haji itu juga memberikan kemudahan bagi Nasabah melakukan pendaftaran ibadah Haji melalui pembayaran setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Rp25 Juta yang terkoneksi langsung dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) Kementrian Agama RI.

Kini jaman sudah berubah. Tabungan haji memungkinkan kita mewujudkan impian kita untuk berkunjung ke Kota Suci Mekkah. Jika bapak, ibuku masih hidup, InsyaAllah, mereka akan bisa mewujudkan impiannya pergi haji di tanah suci. Kini dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan tabungan haji itu, semoga dapat melancarkan impianku untuk berangkat haji di tanah suci bersama keluarga..amien ya robbal alamin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun