Mohon tunggu...
Firdausi Nuzula
Firdausi Nuzula Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak laut

selembut air

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Begitu Pelitnya Kita

20 September 2017   01:02 Diperbarui: 20 September 2017   01:46 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sesekali saya ratapi diri,berangkat pagi mengais rezeki pulang malam menghitung untung. Begitu esok harinya,begitu seterusnya.

Ah,rasanya hidup ini hanya berhitung terus. Berhitung pendapatan selama sebulan,berhitung untung per 30 hari,berhitung tabungan pe satu tahun. Tapi lupa dengan hitungan sebenarnya. Yaitu, berhitung seberapa banyak kebaikan yang sudah  ditabung. Begitu pelitnya kita !!

Sampai-sampai, rasa takut kekurangan harta benda terus membayang-bayangi jika ingin bersedakah. Duh! Segitunyakah diri ini. Secinta itukah diri ini pada dunia? Tidak.

Aku,kami, tidak ingin dunia ini menggelapkan tujuan hidup. 

Begitu pelitnya kita!! Padahal perjanjian hidup adalah mengabdi. Tapi,setelah berangsur-angsur merasa nikmatnya hidup,akhirat tak lagi diingat bahkan akhirat hanyalah dijadikan sebagai legenda. Duh! Dzolimnya diri ini. Hinanya aku.

Semoga, dengan menyadarinya, saya, dan kita semua. Ini menjadi awal,dunia hanyalah permainan,hanyalah tempat perbanyak bekal. Sehingga "sadar" itu mengubah kata "begitu pelitnya kita" menjadi "begitu dermawannya ki

ta".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun