Mohon tunggu...
Pidato Semprul 17an Janu
Pidato Semprul 17an Janu Mohon Tunggu... pegawai negeri -

memunguti remah-remah pengembaraan...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tembang Sejenak Waktu

1 Mei 2011   05:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:12 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

. Pagi hari ketika sarapan dihidangkan dan udara masih menyisakan wangi malam. Dentingan lembut gender dan saron yang mengiringi lantunan tembang berbahasa jawa, seakan berusaha menghentikan waktu. Dan seluruh gerak kehidupan yang berlari kencang membawa berjuta keinginan, jutaan mimpi, berjuta kebutuhan, berjuta kegelisahan. Lantunan tembangku kutahu tak mampu menghentikan semua itu. Denting saronku kutahu tak bisa mengalahkan semua gelisah dunia yang menggemuruh di hatimu. Hanya sedikit doa yang kutitipkan pada setiap nada dari setiap ketukan tanganku...pada setiap baris lantunan tembangku...yang dari hari ke hari semakin lemah bersama usiaku yang tergerus waktu. Hanya sedikit doa...yang kuletakkan pada sejenak jeda perjalananmu: Teruslah mengalir mengikuti arus kehidupan. Sederas apapun ia menghanyutkan...sedalam apapun ia menenggelamkan. Karena masa depan adalah misteri...yang IA simpan sendiri dalam kesadaran yang meliputi semesta... dan kebaikan paripurna... Semoga keselamatan menemani...semoga kebahagiaan kau jumpai....hingga penghujung perjalananmu nanti.... . Yogyakarta, pada sejenak waktu... Foto-foto koleksi pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun