Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... Penulis - WNI

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Sekantong Biji Pletekan

29 Juni 2021   01:21 Diperbarui: 29 Juni 2021   01:40 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekantong biji pletekan (Sumber ilustrasi: Pixabay)

Di akhir pekan yang masih pagi, matahari kembali menampakkan wajah bulatnya. Sinarnya menyelimuti seluruh tanah di bumi tanpa terkecuali, termasuk sebuah jendela yang terbuka.

"Hahh.. cerah sekali." kata si gadis itu sambil menggeliat -- geliatkan kedua lengannya. Ia meregangkan bahu dan punggungnya agar tak terlalu kaku, lalu melirik ke atas kasur di belakangnya.

"Belum bangun juga, dasar." gerutunya, lalu melangkah ke samping kasur dan meneteskan air ke bunga mawar.

"Aduh.. Apa? Ada apa?" teriak si mawar, sambil meloncat kaget dari tempat tidur.

"Ada apa? Ada aku yang sudah bangun dari tadi, dan ada kamu yang enak -- enakan mendengkur di atas kasur!" kata si gadis sambil berkacak pinggang.

"Biarkan aku meneruskan tidurku. Aku masih ngantuk."

"Hei, katamu kemarin kau janji mau ikut jalan -- jalan kan? Ayo bangkit dari kasur, mumpung udara masih segar!"

"Aku menunda janjiku. Besok saja aku ikut." Lalu si mawar kembali menggeletakkan kelopaknya dan mendengkur lagi.

"Huh, ya sudah. Aku akan berjalan sendiri. Aku akan mengunci kamar. Jangan pergi keluar sebelum aku datang. Jangan sampai nenek tahu kau tidur disini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun