"Dua kamar?" tanyanya kepada dua orang itu.
"Ya. Rumah ini besar tapi sepi. Apakah cuma kami yang bermalam disini?" Tanya sang penumpang.
"Begitulah. Dulu tempat ini disinggahi banyak orang. Namun sejak ada kejadian itu, orang -- orang semakin jarang lewat sini."
"Maksudmu kejadian orang yang mati terbakar itu?" Si kusir menyela.
"Begitulah. Ia mati karena kesurupan oleh Lemah Geni. Konon setiap bulan purnama ia selalu muncul dan meminta korban. Sebulan yang lalu ada seorang pedagang menjadi korbannya. Kalau tidak salah, ia korban kesebelas."
Si kusir dan si penumpang saling tatap, lalu mereka berpisah ke dalam kamar masing -- masing dan tidur.
**
Badai yang ditunggu belum reda. Mereka berdua terpaksa menghabiskan hari kedua di penginapan kuno itu. Si kusir delman sedang duduk di depan perapian ruang tamu. Sedangkan tuan penumpang duduk di seberangnya sambil terus -- terusan memandang angin lewat jendela.
"Hari bertambah buruk. Kapan badai ini berhenti? Besok aku harus menemui temanku di kota." Katanya gusar.
"Nanti malam ada bulan purnama. Sebaiknya anda mempertimbangkan kembali rencana Tuan." Kata si pemilik rumah sambil menyuguhkan secangkir teh kepada mereka.
"Kenapa? Jangan bilang kalau setan itu akan muncul dan membakarku."
"Aku tidak tahu, Tuan. Tapi korban terakhir juga berkata seperti itu saat diingatkan orang -- orang."
Si penumpang terdiam.