Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... FAKTA DAN DATA

MENYAJIKAN FAKTA DAN DATA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Syekh Abdurrahman Silau Laut: Menyemai Islam Nusantara melalui Tarekat Syattariyah

25 September 2025   07:49 Diperbarui: 25 September 2025   07:48 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah peninggalan Syaikh Silau Laut yang tidak jauh dari makam.

Syekh Abdurrahman Silau Laut: Menyemai Islam Nusantara melalui Tarekat Syattariyah

Oleh : Dr. M. IQBAL Daulay, MA

KETUA PW NW SUMUT

Di pesisir Asahan, Sumatera Utara, nama Syekh Abdurrahman Silau Laut (1858--1937) bukan sekadar legenda. Ia adalah ulama visioner yang mendirikan Desa Silau Laut dan menenun harmoni antara ajaran Islam dan budaya lokal melalui Tarekat Syattariyah.

 Dengan jaringan keilmuan yang membentang dari Nusantara hingga Mekkah, ia mengintegrasikan nilai-nilai tasawuf, fiqh, dan tradisi lokal seperti Bondang dan Jamu Laut, menciptakan warisan spiritual yang masih hidup hingga kini, termasuk pengaruhnya sebagai kakek Ustaz Abdul Somad.

Perjalanan Intelektual yang Luas

Syekh Abdurrahman, yang lahir dengan nama Syekh Abdurrahman Urrahim bin Nakhoda Alang Batubara, memulai pendidikan agamanya sejak kecil di Kampung Lalang, Batubara. 

Pada usia 8 tahun, ia belajar mengaji, dan di usia 15 tahun sudah menjalani khalwat untuk memperdalam zikir. Di usia 17, ia merantau ke Minangkabau, berguru pada Syekh Jambek, ulama besar Bukittinggi, yang mengajarkannya fiqh Syafi'i, tauhid, dan tasawuf.

Perjalanan intelektualnya berlanjut ke Aceh, pusat tarekat Syattariyah dan Naqsyabandiyah, yang memperkaya pemahamannya tentang tasawuf. Di Pattani, Thailand Selatan, ia belajar dari Syekh Wan Mustafa dan Syekh Daud Fathani, dua ulama kunci yang menghubungkan tradisi Melayu dengan Haramain. Di sini, Tarekat Syattariyah menjadi inti keilmuannya.

Puncak pendidikannya adalah di Mekkah, tempat ia berguru pada ulama-ulama ternama seperti Syekh Ahmad Khatib Minangkabau (fiqh Syafi'i), Syekh Daud Fathani (tarekat), Syekh Sulaiman Zuhdi (Naqsyabandiyah-Khalidiyah), dan Syekh Muhammad bin Alawi Al-Maliki (hadis dan tasawuf). Jaringan ini menempatkannya dalam lingkaran ulama Nusantara-Haramain, yang memungkinkan transmisi ilmu dari Timur Tengah ke Asia Tenggara.

Makam Syaikh Abdurrahman Silau Laut yang sering di ziarahi pengunjung.
Makam Syaikh Abdurrahman Silau Laut yang sering di ziarahi pengunjung.

Sintesis Islam dan Budaya Lokal

Kembali ke Asahan, Syekh Silau Laut mengembangkan pendekatan dakwah yang unik. Ia memadukan fiqh Syafi'i dari Syekh Jambek dan Syekh Ahmad Khatib, tasawuf dari Syekh Daud Fathani dan Syekh Sulaiman Zuhdi, serta spiritualitas hadis dari Syekh Muhammad bin Alawi Al-Maliki. 

Pendekatan ini diterapkan melalui pengajian kitab-kitab klasik dan pengislaman tradisi lokal seperti Bondang (puisi religi) dan Jamu Laut (ritual laut yang diadaptasi ke nilai Islam). Dengan cara ini, ia membuat ajaran Islam mudah diterima masyarakat tanpa menghilangkan identitas budaya mereka.

Rumah peninggalan Syaikh Silau Laut yang tidak jauh dari makam.
Rumah peninggalan Syaikh Silau Laut yang tidak jauh dari makam.

Warisan yang Abadi

Pengaruh Syekh Silau Laut masih terasa hingga kini. Selain sebagai pendiri Desa Silau Laut, ia dikenal sebagai kakek Ustaz Abdul Somad, ulama populer masa kini. Tarekat Syattariyah yang ia sebarkan tetap hidup di Sumatera Utara, dengan tradisi unik seperti penentuan awal Ramadan berdasarkan rukyah hilal. 

Replika rumah besar (Ghumah Bosa) di Asahan dan kesaksian keturunannya, seperti Syekh Ibrahim Ali, menjadi bukti nyata warisannya.

Syekh Abdurrahman Silau Laut adalah teladan bagaimana seorang ulama mampu menjembatani spiritualitas Islam dengan kearifan lokal. Kisahnya menginspirasi bahwa agama dan budaya bisa berjalan seiring, menciptakan harmoni yang memperkaya peradaban.*

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun