Sintesis Islam dan Budaya Lokal
Kembali ke Asahan, Syekh Silau Laut mengembangkan pendekatan dakwah yang unik. Ia memadukan fiqh Syafi'i dari Syekh Jambek dan Syekh Ahmad Khatib, tasawuf dari Syekh Daud Fathani dan Syekh Sulaiman Zuhdi, serta spiritualitas hadis dari Syekh Muhammad bin Alawi Al-Maliki.Â
Pendekatan ini diterapkan melalui pengajian kitab-kitab klasik dan pengislaman tradisi lokal seperti Bondang (puisi religi) dan Jamu Laut (ritual laut yang diadaptasi ke nilai Islam). Dengan cara ini, ia membuat ajaran Islam mudah diterima masyarakat tanpa menghilangkan identitas budaya mereka.
Warisan yang Abadi
Pengaruh Syekh Silau Laut masih terasa hingga kini. Selain sebagai pendiri Desa Silau Laut, ia dikenal sebagai kakek Ustaz Abdul Somad, ulama populer masa kini. Tarekat Syattariyah yang ia sebarkan tetap hidup di Sumatera Utara, dengan tradisi unik seperti penentuan awal Ramadan berdasarkan rukyah hilal.Â
Replika rumah besar (Ghumah Bosa) di Asahan dan kesaksian keturunannya, seperti Syekh Ibrahim Ali, menjadi bukti nyata warisannya.
Syekh Abdurrahman Silau Laut adalah teladan bagaimana seorang ulama mampu menjembatani spiritualitas Islam dengan kearifan lokal. Kisahnya menginspirasi bahwa agama dan budaya bisa berjalan seiring, menciptakan harmoni yang memperkaya peradaban.*
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI