Membaca sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber budaya manusia jika ingin suatu negara berkembang maju. Bahkan manusia berkualitas itu justru tidak cukup hanya memiliki budaya baca tinggi, tetapi harus memiliki kemampuan menulis juga sehingga seseorang itu dapat disebut memiliki kemampuan literasi yang mumpuni.
Sebagaimana menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), literasi adalah kemampuan menulis dan membaca, serta pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu. Â Literasi merupakan seperangkat keterampilan yang memungkinkan seseorang mampu memahami, menginterpretasikan, menciftakan dan mengkomunikasika informasi.
Membaca sendiri tidak bisa dipisahkan dengan menulis atau mengkomunikasi sebuah informasi, karena membaca membantu memperluas wawasan, memperkaya kosa kata dan diksi yang dibutuhkan meningkatkan kreativitas dan ide.Â
Membaca sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi bicara pejabat, memperkaya kosa kata, meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan kemampuan mengartikulasikan gagasan secara jelas dan meyakinkan, memotivasi dan membangun reputasi dan citra positif pejabat dimata masyarakat.
PERNYATAAN BLUNDERÂ PEJABAT
Belakangan ini publik Indonesia kerap menyaksikan dan mendengar gaya komunikasi pejabat yang buru, bahkan menyampaikan penyataan yang blunder, mengeluarkan pernyataan tidak peka atau tidak berempati, bahkan sering terlambat menyatakan sikap sehingga terjadi kondisi kekosongan informasi (information Vacuum) yang membuat banyak masyarakat  cemas dan resah, muncul rumor tidak jelas atau hoax.
Untuk meningkatkan komunikasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat dibutuhkan kemampuan pejabat menyampaikan pesan dengan baik, pada saat yang tepat, dan disampaikan oleh sosok pejabat yang kredibel terutama itu sangat diperlukan disaat situasi krisis karena berguna mengelola rasa cemas kolektif.
Ketika situasi krisis, terutama disaat ada peristiwa darurat, sangat dibutuhkan sikap empati pihak komikator pejabat atau pemerintah. Memahami dan berupaya memenuhi harapan masyarakat dalam kondisi krisis sangat diperlukan membangun kepercayaan dan hubungan yang baik. Terutama dibutuhkan sikap prihatin yang ditunjukkan oleh pejabat.
Meledaknya demonstrasi dan kerusuhan di ujung bulan Agustus 2025 lalu tidak bisa dipisahkan dari rasa kecewa masyarakat terhadap pejabat atau pemerintah yang dianggap tidak berempati terhadap kondisi masyarakat yang sedang tidak baik-baik saja.
Ketidakmampuan pejabat memproyeksikan dirinya ke dalam diri masyarakat, sudah barang tentu menjadikan pejabat tidak mampu memahami perasaan yang sedang dialami masyarakat, sehingga terjadi miskomunikasi. Ironisnya diperburuk lagi dengan gaya bicara dan cara menyampaikan pernyataan yang sangat buruk oleh pejabat.
Interaksi komunikasi yang buruk ini sudah pasti bagaikan api dalam sekam yang gampang tersulut jadi perlawanan radikal terhadap penguasa dan pejabat. Itu semua tidak bisa dipisahkan dari fenomena literasi pejabat yang buruk, dan salah satu penyebabnya adalah miskinnya budaya baca yang menyebabkan terjadi darurat baca pejabat sebagai penyulut darurat sosial.