Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ambiguitas Nasib Kelas Menengah dan Kegelisahan Sosial (Chilean Paradox)

2 Maret 2024   20:53 Diperbarui: 2 Maret 2024   22:11 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : cdnwpedutorenews.gramedia.net

Nasib kelas menengah (middle class) itu bagaikan madu dan racun. Disatu sisi, kelas menengah itu bagaikan madu karena dengan bertambahnya jumlah kelas menengah dipandang sebagai indikator kemajuan pertumbuhan ekonomi suatu negara, dan merupakan pangsa pasar potensial untuk pemasaran produk industri.

Namun disisi lain, nasib kelas menengah juga tak ubahnya bagaikan racun, yaitu akan jadi tantangan berat bagi suatu negara karena sangat rentan turun kelas jadi miskin ketika terjadi turbelensi ekonomi.

Keberadaan kelas menengah memiliki peran penting bagi suatu negara karena sangat berpotensi sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi, dan umumnya merupakan kelompok terdidik, dan melek teknologi serta mampu berpikir kritis, kreatif dan inovatif. 

Ketika merasa kecewa terhadap kebijakan pemerintah kelas menengah sangat sensitif, serta mudah tersulut mengalami kegelisahan sosial, oleh karena itu kelompok ini dapat berubah jadi penggerak gejolak sosial atau kerusuhan sosial (The Chilean Paradox). 

Kegelisahan sosial sering menghinggapi diri kaum kelas menengah karena dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi bernegara sering terjadi kesenjangan antara ekspektasi dengan realita.

Ironisnya, kegelisahan sosial kelas menengah itu dominan karena faktor ekonomi, yaitu kondisi finansial yang tidak stabil dan mengalami defesit keuangan dari hari ke hari ditengah-tengah kerja keras yang dilakukan dalam menekuni pekerjaan maupun profesi. Sering sekali nasib kelas menengah ini bertahan hidup dengan mengandalkan gaji secukupnya saja.

NASIB KELAS MENENGAH YANG AMBIGU

Merujuk defenisi Bank Dunia Kelompok Menengah diklasifikasikan berdasarkan penghasilan seseorang yang berada di rentang antara Rp. 1,2 Juta sampai Rp. 6 Juta per-bulan. Jumlah kelas menengah ini di Indonesia diperkirakan terus meningkat, tetapi kelompok ini sering disebut sebagai "Kelompok Tanggung", atau tidak miskin tetapi tidak kaya juga.

Nasib Kelompok Menengah ini sangat rentan (fragile), bagaikan hidup diujung tanduk dan gampang terjerembab jadi jatuh miskin jika terjadi turbelensi ekonomi, sebaliknya kelompok menengah ini diperkirakan akan sulit naik kelas jadi orang kaya. Padahal secara teoritis kelompok ini diagung-agungkan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi suatu negara, dan merupakan kelompok menengah yang memiliki potensi sebagai agen perubahan sosial politik, bahkan berpotensi melakukan revolusi.

Namun kelompok ini juga dianggap memiliki karakteristik ambigu, yaitu sebagai kelompok menengah sebenarnya memiliki peluang besar untuk naik kelas jadi kelompok menengah atas maupun jadi kelas elit. Tetapi hal itu sulit terjadi saat ini karena adanya kesenjangan antara kenyataan dengan harapan. Sebagai kelompok menengah yang dianggap sebagai agen perubahan sosial justru kelompok ini sering terjebak dalam sikap hidup tidak kritis, bahkan terjebak dalam gaya hidup hedonis serta larut hanyut mengikuti trend kehidupan modern yang serba instan dan boros.

Ironisnya, saat ini nasib kelompok menengah ini hanya berada pada posisi hanya untuk bertahan hidup, karena uang masuk yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan keharusan menutupi kebutuhan hidup. Bahkan mereka lebih sering mengalami defisit keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun