Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apakah Prabowo Tetap Percaya Penuh terhadap Jokowi

21 Februari 2024   16:22 Diperbarui: 21 Februari 2024   16:22 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Biro Pers Sekretariat Presiden

Pemilu 2024 telah usai dilaksanakan, namun menyisakan banyak tanda tanya. Banyak pihak berpendapat "inilah pemilu terburuk selama era reformasi Indonesia", khususnya pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres).

Pelaksanaan Pilpres di Pemilu 2024, aroma tidak sedap sudah terlihat jelas secara kasat mata sejak munculnya nama Gibran Rakabuming Raka, putra kandung Presiden Joko Widodo yang dipasangkan sebagai calon wakil presiden  Prabowo Subianto.

Peraturan sebelumnya yang membatasi usia minimal  Calon Presiden dan Wakil Presiden 40 tahun lewat sidang Mahkamah Konstitusi tiba-tiba dirubah untuk memuluskan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon Wakil Presiden. Hal ini merupakan catatan sejarah buruk Mahkamah Konstitusi, karena dianggap cacat konstitusional yang ditandai dengan di nonaktifkannya Ketua Mahkamah Konstitusi Awar Usman yang merupakan Paman Gibran Raka Buming.

Sepak terjang Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia tidak dapat dipungkiri memiliki peran penting ikut campur tangan dan berkepentigan memihak salah satu calon pasangan untuk dimenangkan, yaitu memenangkan pasangan calon anak kandungnya sendiri Gibran Rakabuming Raka, putranya sendiri.

Keberpihakan Presiden Joko Widodo ini juga menyisakan catatan buruk sejarah , selain menjadikan Presiden tidak independen, ditenggarai banyak program pemenangan dilakukan dengan cara mempergunakan fasilitas negara maupun mempengaruhi aparatur negara. Bahkan Presiden Joko Widodo selama proses pencalonan dan pemenangan sering melakukan gerakan yang tidak menghiraukan etika ketatanegaraan.  Sikap Presiden Joko Widodo ini jauh berbeda dengan karakternya selama ini yang tampak dipermukaan sangat santun dan beretika, sehingga ada asumsi mengatakan bahwa haus kekuasaan telah merubah pendiriannya sehingga tampak sangat ambisius ingin melanggengkan pengaruh kekuasaannya, terutama melanjutkan dinasti keluarganya di elit kekuasaan nasional.

Ambisi keluarga Joko Widodo ini juga menimbulkan tanda tanya "Apa gerangan yang ingin dicari keluarga besar Joko Widodo ?". Apakah hanya sebatas ingin melanggengkan pengaruh kekuasaan di masa yang akan datang ? Atau ada sesuatu hal yang ingin diselamatkan lewat cara tetap memiliki pengaruh di kekuasaan ?

Pertanyaan demi pertayaan ini menarik untuk dicermati, dan bila memungkinkan perlu dibuktikan seiring berjalannya waktu. Jika tidak ada hal krusial yang ingin diselamatkan atau diamankan lewat tetap memiliki pegaruh lewat kekuasaan tidak mungkin Joko Widodo terlihat mempertontonkan sikap ambisiusnya secara vulgar ke publik, apalagi sampai melanggar etika dan estetika.

Ironisnya demi kepentingan pribadi dan keluarganya Joko Widodo siap berseberangan dan menghianati pihak dan orang-orang yang selama ini setia mendukung dan membesarkannya di arena politik sejak pertama sekali maju sebagai calon walikota Solo. Pengingkaran terhadap kesetiannya berteman dan terhadap partai politik yang membesarkannya tidak mungkin terjadi jika tidak ada sesuatu hal yang sangat-sangat penting dan krusial untuk diselamatkan.

Pada essensinya semua manusia itu baik adanya, dan sangat setia berteman, serta tau bersyukur dan berterima kasih kepada pihak yang membantunya. Pada intinya hati nurani setiap orang itu selalu setia dan jujur membisikkan kebaikan, tetapi ketika seseorang mengingkari hati nuraninya dan mengabaikan kebenaran berarti ada sesuatu hal yang menyebabkan orang tersebut mesti megingkari dirinya sendiri dan mematikan getaran hati nuraninya.

Joko Widodo secara terang-terangan telah menunjukkan jalan pilihannya, yaitu meninggalkan teman lama demi ambisi diri dan keluarganya, dan telah memilih teman baru untuk melanggengkan keinginannya tetap memiliki pengaruh di elit kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun