Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rakyat Sudah Muak Capres Ngomong Doang

31 Desember 2018   14:46 Diperbarui: 31 Desember 2018   15:19 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak dapat dipungkiri keinginan masyarakat memang kompleks dan multidimensional karena meruapakan perpaduan kebutuhan sosial. Politik dan ekonomi. Tapi dari kebutuhan masyarakat yang plural itu dapat dipetik kebutuhan mendesak berdasarkan skala prioritas.

Sudah barang tentu kebutuhan utama yang paling penting didahulukan adalah memenuhi kebutuhan ekonomi, maka selayaknya pasangan capres dalam kampanye mengutamakan penawaran program pemberdayaan ekonomi rakyat.

Namun sangat disayangkan sampai hari ini belum ada mengemuka narasi tentang pemberdayaan ekonomi rakyat yang lebih menjanjikan dan yang mampu memberi pengharapan perbaikan kehidupan ekonomi rakyat. Ironisnya kedua pasangan capres juga seakan larut dalam kampanye saling serang kepribadian pigur capres, cenderung membangun opini ujaran kebencian dan berita hoax.

Jika sampai hari H pencoblosan kedua pasangan Capres dan Cawapres masih melakukan kebiasaan buruk yang terpelihara dengan baik tanpa memiliki kemampuan menawarkan pemikiran lebih baru dan lain dari yang ada sebelumnya maka dikuatirkan pemilihan presiden 2019 akan berlangsung monoton dan sepi dari hal yang menarik, bahkan pilpres kali ini akan diwarnai  Politik Tunaidiologi, tidak ada seperangkat keyakinan yang berorientasi kepada tindakan perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bila kita telisik ke belakang, khususnya Pilpres yang lalu, tahun 2014, ada pesan tersirat dan bernilai atas terpilihnya Joko Widodo. Secara historis terpilihnya Joko Widodo merupakan antithesis pemikiran mainstream yang ada saat itu. Dan keberhasilan Joko Widodo sebagai Presiden merupakan proses memutar balikkan kecenderungan sejarah, yaitu dari level bawah menuju puncak kekuasaan negeri ini, itulah fenomena baru yang berbeda sebelumnya yang dominan terjadi dimana presiden terpilih adalah elit politik.

Sudah barang tentu terpilihnya Joko Widodo sebagai presiden merupakan produk akhir pemikiran masyarakat yang ingin munculnya perubahan atmosfir politik nasional dan kemudian berharap akan merubah kehidupan berbangsa dan bernegara, kemudian diharapkan akan mampu merubah nasib masyarakat itu sendiri.

Apakah benar adagium yang mengatakan bahwa kita sesungguhnya adalah bangsa pelupa ? Sehingga apa yang dahulu sebagai dasar pemikiran menentukan pilihan terhadap Joko Widodo begitu cepat menghhilang dari narasi kehidupan saat ini.  Mengingatkan kelupaan ini bukan berarti mematok ke satu kesimpulan bahwa Joko Widodo satu-satunya paling layak terpilih kembali. 

Soal terpilihnya Koko Widodo itu kita kembalikan kepada masyarakat karena merekalah pemilik sesungguhnya hak memilih sebagai manifestasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun pesan yang ingin disampaikan adalah Pasangan Prabowo Subianto dan Sandiago Uno dalam berupaya memperoleh tampuk kepemimpinan nasional harus mampu mengingat kembali hal yang terlupakan ini.

Masyarakat ingin memperoleh perubahan, masyarakat kini merindukan presiden yang mampu perasakan persis apa yang dirasakan rakyat dan mrindukan presiden yang mampu memenuhi harapan rakyat sesuai dengan apa yang dibutuhkannya.

Rakyat sudah muak dengan argumentasi tanpa substansi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun