Mohon tunggu...
Murda Sulistya
Murda Sulistya Mohon Tunggu... profesional -

life long learner

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Berdesakan di KRL Bisa Sebabkan Hypoxia (Kurang Oksigen)

21 September 2015   21:23 Diperbarui: 21 September 2015   21:31 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="berdesakan di kereta bisa sebabkan kurangnya oksigen (cognitiobrevis.blogspot.com)"][/caption]

 

Hypoxia ialah kondisi tubuh kekurangan Oksigen. Jika tubuh kekurangan oksigen akan menyebabkan fungsi otak terhambat dan berpengaruh pada organ-organ lain pada tubuh. Oksigen menjadi unsur yang penting bagi kehidupan. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai lima menit. Manfaat oksigen bagi tubuh kita sangat banyak, diantaranya yaitu untuk proses pernafasan, membantu sistem peredaran darah, menjaga kekebalan tubuh, dan yang lainnya.

Kenapa pada kali ini saya membahas kekurangan oksigen ketika berdesakan di KRL. Ternyata punya cerita pada sore tadi, saat pulang kerja saya menggunakan jasa KRL Commuter Line. Meskipun tidak setiap hari saya menggunakan jasa KRl ini untuk pergi dan pulang kerja, karena kadang naik Go-Jek, Grab-Bike, atau kadang TransJakarta. Jadi meskipun saya tidak setiap hari menggunakan jasa KRL, saya sedikit mengertilah menjadi penumpang KRL yang baik dan tidak egois.hehe.  Untuk mencapai stasiun yang terdekat dari tempat kerja saya, yaitu stasiun karet. Saya naik kopaja karena jarak kantor ke Stasiun Karet lumayan, capek juga kalau jalan kaki (sekitar 3 km).

Keseringannya saya berdiri ketika di kopaja karena tempat duduk sudah penuh oleh penumpang yang sebelum saya naik, menurut saya ya tak apa lah tidak terlalu jauh ini.hee(mencoba menghibur diri). Sampai di stasiun, saya mencoba berjalan ke arah peron terdepan karena saya mengincar gerbong wanita. Memang gerbong wanita tak hanya ada di depan sebenarnya, ada juga di bagian paling belakang. Namun jika informasi bahwa kereta masih belum berangkat dari Stasiun Tanah Abang mah saya terus saja jalan ke depan. Anggapan saya, bercapek-capek dahulu nanti sewaktu turun tidak perlu jalan jauh untuk menuju akses keluar.

Oia, saya selalu berharap ketika memutuskan naik KRL agar bertemu KRL yang ada tulisannya Kompasiana, tetapi ya belum ketemu juga. Lah wong berdasarkan informasi rute yang dilalui KRL yang ada tulisan Kompasiananya pada rute Bekasi-Kota, sementara saya naiknya rute Tanah Abang-Bogor,hehe. Meskipun sangat kecil kemungkinannya saya tetap optimis karena KRL yang membawa saya pasti berhenti di stasiun Manggarai, di stasiun ini KRL rute Bekasi-Kota juga berhenti. Tapi tetap saja belum ketemu, karena berdasarkan informasi lagi KRL yang ada tulisan Kompasiananya dapat jatah malem operasionalnya.

Hm, kembali ke cerita awal tadi. Jadi ceritanya tak lama saya mencapai peron terujung di mana gerbong wanita terdepan akan berhenti di hadapan saya. Pihak stasiun menginformasikan bahwa kereta sudah masuk di Stasiun Karet (wah, pas banget ini dalam hati saya berkata). Setelah naik ke gerbong paling depan, di mana gerbong ini berada di belakang persis kabin masinis saya langsung cari posisi. Ya, saya tahu jam-jam pulang kantor seperti tadi yakni sekitar pukul 17.00 pasti tempat duduk dalam kereta sudah penuh, jadi jangan terlalu berharap duduk. Karena stasiun berikutnya ialah Stasiun Sudirman maka saya cari aman dengan berdiri di dekat perbatasan kabin dengan gerbong. Namun karena saya kalah cepat dengan penumpang lain jadinya saya berdiri di depan penumpang lain yang sudah berdiri di perbatasan tadi sehingga saya tidak dapat sandaran di kabin masinis.

Menurut saya di situ merupakan salah satu tempat aman bagi saya, karena posisi saya turun ada di Stasiun Duren Kalibata. Walaupun tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu dekat stasiun antara saya naik dan saya akan turun, maka saya pilih posisi itu agar mudah keluar, maksud saya agar mudah juga bertukar posisi dengan posisi penumpang yang dekat dengan pintu kereta menjelang saya turun. Dengan posisi tersebut saya juga tidak terlalu membuat orang lain untuk susah masuk atau keluar sebelum saya turun. Selain itu dengan posisi tersebut saya tidak perlu berebut dengan penumpang lain untuk mendapatkan gantungan pegangan yang berada di atas, karena bisa pegang dinding pembatas masinis dengan gerbong pertama.

Stasiun Karet merupakan stasiun awal saya naik KRL dan menjadi stasiun kedua setelah Stasiun Tanah Abang pada rute KRL yang saya gunakan. Jadi meski tempat duduk penuh dengan penumpang dari stasiun sebelumnya, posisi untuk berdiri masih cukup lengang diisi penumpang dari Stasiun Karet ini. Kemudian di Stasiun Sudirman akan mulai lumayan bertambah penumpang sampai Stasiun Manggarai lumayan berkurang lagi kerana ada beberapa yang turun di sana dan ada penumpang baru yang naik. Kemudian di Stasiun Tebet penumpang juga lumayan banyak yang naik meski ada beberapa yang turun, disusul Stasiun Cawang sampai saya turun di Stasiun Duren Kalibata kondisi seperti itu, yang turun sedikit yang naik banyak,hehe.

Terkadang untuk mengusir kebosanan dalam KRL saya mendengarkan musik di radio handphone melalui headset sesekali saking bosannya kalau rangkaian kereta sudah tertahan sebelum menuju Stasiun Manggarai saya sempat sedikit-sedikit buka sosmed atau main game.hihi. Itupun kalau kondisi dalam kereta masih memungkinkan untuk bergerak ya, lain cerita kalau padat, berdesak-desakan lalu mainan smartphone itu namanya keterlaluan. Sebenarnya tadi sore kereta dalam kondisi penuh, padat, sedikit berdesakan kalau turun naik penumpang namun tidak sampai berdesak-desakan banget ketika kereta melaju sehingga tidak bisa menggerakkan tangan, kaki, badan.

Tapi tadi sore lumayan ada space untuk sedikit bergerak, posisi saya ternyata tepat di bawah kipas angin putar dan kena pendingin udara juga. Awalnya saya merasa nyaman karena cukup berkeringat waktu berdiri di dalam kopaja tadi. Tak lama kereta meninggalkan tasiun Sudirman, kereta sudah tertahan saja. Masinis hanya menginformasikan bahwa kereta tertahan di jalur menuju Manggarai. Pikir saya, tumben-tumbenan ini baru di sini sudah tertahan. Tapi saya mencoba menerima keadaan seperti penumpang lain yang cuek dengan keadaan meski kereta tertahan karena sibuk sendiri dengan obrolannya di telepon, ada juga yang sibuk dengan gadget, sibuk melamun juga ada.(halah.he)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun