[caption caption="berdesakan di kereta bisa sebabkan kurangnya oksigen (cognitiobrevis.blogspot.com)"][/caption]
Â
Hypoxia ialah kondisi tubuh kekurangan Oksigen. Jika tubuh kekurangan oksigen akan menyebabkan fungsi otak terhambat dan berpengaruh pada organ-organ lain pada tubuh. Oksigen menjadi unsur yang penting bagi kehidupan. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai lima menit. Manfaat oksigen bagi tubuh kita sangat banyak, diantaranya yaitu untuk proses pernafasan, membantu sistem peredaran darah, menjaga kekebalan tubuh, dan yang lainnya.
Kenapa pada kali ini saya membahas kekurangan oksigen ketika berdesakan di KRL. Ternyata punya cerita pada sore tadi, saat pulang kerja saya menggunakan jasa KRL Commuter Line. Meskipun tidak setiap hari saya menggunakan jasa KRl ini untuk pergi dan pulang kerja, karena kadang naik Go-Jek, Grab-Bike, atau kadang TransJakarta. Jadi meskipun saya tidak setiap hari menggunakan jasa KRL, saya sedikit mengertilah menjadi penumpang KRL yang baik dan tidak egois.hehe. Untuk mencapai stasiun yang terdekat dari tempat kerja saya, yaitu stasiun karet. Saya naik kopaja karena jarak kantor ke Stasiun Karet lumayan, capek juga kalau jalan kaki (sekitar 3 km).
Keseringannya saya berdiri ketika di kopaja karena tempat duduk sudah penuh oleh penumpang yang sebelum saya naik, menurut saya ya tak apa lah tidak terlalu jauh ini.hee(mencoba menghibur diri). Sampai di stasiun, saya mencoba berjalan ke arah peron terdepan karena saya mengincar gerbong wanita. Memang gerbong wanita tak hanya ada di depan sebenarnya, ada juga di bagian paling belakang. Namun jika informasi bahwa kereta masih belum berangkat dari Stasiun Tanah Abang mah saya terus saja jalan ke depan. Anggapan saya, bercapek-capek dahulu nanti sewaktu turun tidak perlu jalan jauh untuk menuju akses keluar.
Oia, saya selalu berharap ketika memutuskan naik KRL agar bertemu KRL yang ada tulisannya Kompasiana, tetapi ya belum ketemu juga. Lah wong berdasarkan informasi rute yang dilalui KRL yang ada tulisan Kompasiananya pada rute Bekasi-Kota, sementara saya naiknya rute Tanah Abang-Bogor,hehe. Meskipun sangat kecil kemungkinannya saya tetap optimis karena KRL yang membawa saya pasti berhenti di stasiun Manggarai, di stasiun ini KRL rute Bekasi-Kota juga berhenti. Tapi tetap saja belum ketemu, karena berdasarkan informasi lagi KRL yang ada tulisan Kompasiananya dapat jatah malem operasionalnya.
Hm, kembali ke cerita awal tadi. Jadi ceritanya tak lama saya mencapai peron terujung di mana gerbong wanita terdepan akan berhenti di hadapan saya. Pihak stasiun menginformasikan bahwa kereta sudah masuk di Stasiun Karet (wah, pas banget ini dalam hati saya berkata). Setelah naik ke gerbong paling depan, di mana gerbong ini berada di belakang persis kabin masinis saya langsung cari posisi. Ya, saya tahu jam-jam pulang kantor seperti tadi yakni sekitar pukul 17.00 pasti tempat duduk dalam kereta sudah penuh, jadi jangan terlalu berharap duduk. Karena stasiun berikutnya ialah Stasiun Sudirman maka saya cari aman dengan berdiri di dekat perbatasan kabin dengan gerbong. Namun karena saya kalah cepat dengan penumpang lain jadinya saya berdiri di depan penumpang lain yang sudah berdiri di perbatasan tadi sehingga saya tidak dapat sandaran di kabin masinis.
Menurut saya di situ merupakan salah satu tempat aman bagi saya, karena posisi saya turun ada di Stasiun Duren Kalibata. Walaupun tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu dekat stasiun antara saya naik dan saya akan turun, maka saya pilih posisi itu agar mudah keluar, maksud saya agar mudah juga bertukar posisi dengan posisi penumpang yang dekat dengan pintu kereta menjelang saya turun. Dengan posisi tersebut saya juga tidak terlalu membuat orang lain untuk susah masuk atau keluar sebelum saya turun. Selain itu dengan posisi tersebut saya tidak perlu berebut dengan penumpang lain untuk mendapatkan gantungan pegangan yang berada di atas, karena bisa pegang dinding pembatas masinis dengan gerbong pertama.
Stasiun Karet merupakan stasiun awal saya naik KRL dan menjadi stasiun kedua setelah Stasiun Tanah Abang pada rute KRL yang saya gunakan. Jadi meski tempat duduk penuh dengan penumpang dari stasiun sebelumnya, posisi untuk berdiri masih cukup lengang diisi penumpang dari Stasiun Karet ini. Kemudian di Stasiun Sudirman akan mulai lumayan bertambah penumpang sampai Stasiun Manggarai lumayan berkurang lagi kerana ada beberapa yang turun di sana dan ada penumpang baru yang naik. Kemudian di Stasiun Tebet penumpang juga lumayan banyak yang naik meski ada beberapa yang turun, disusul Stasiun Cawang sampai saya turun di Stasiun Duren Kalibata kondisi seperti itu, yang turun sedikit yang naik banyak,hehe.
Terkadang untuk mengusir kebosanan dalam KRL saya mendengarkan musik di radio handphone melalui headset sesekali saking bosannya kalau rangkaian kereta sudah tertahan sebelum menuju Stasiun Manggarai saya sempat sedikit-sedikit buka sosmed atau main game.hihi. Itupun kalau kondisi dalam kereta masih memungkinkan untuk bergerak ya, lain cerita kalau padat, berdesak-desakan lalu mainan smartphone itu namanya keterlaluan. Sebenarnya tadi sore kereta dalam kondisi penuh, padat, sedikit berdesakan kalau turun naik penumpang namun tidak sampai berdesak-desakan banget ketika kereta melaju sehingga tidak bisa menggerakkan tangan, kaki, badan.
Tapi tadi sore lumayan ada space untuk sedikit bergerak, posisi saya ternyata tepat di bawah kipas angin putar dan kena pendingin udara juga. Awalnya saya merasa nyaman karena cukup berkeringat waktu berdiri di dalam kopaja tadi. Tak lama kereta meninggalkan tasiun Sudirman, kereta sudah tertahan saja. Masinis hanya menginformasikan bahwa kereta tertahan di jalur menuju Manggarai. Pikir saya, tumben-tumbenan ini baru di sini sudah tertahan. Tapi saya mencoba menerima keadaan seperti penumpang lain yang cuek dengan keadaan meski kereta tertahan karena sibuk sendiri dengan obrolannya di telepon, ada juga yang sibuk dengan gadget, sibuk melamun juga ada.(halah.he)
Dalam kondisi kereta tertahan seperti itu di tengah rute perjalanan tiba-tiba kok tangan saya gemetar, keringat dingin, kepala sedikit keliyengan, perut rasanya sakit antara mual dengan mules, lalu yang tadinya nyaman dengan pendingin udara menjadi gak tahan karena kedinginan. Pikiran jelek sudah menghantui otak saya saja ini, jangan-jangan mau pingsan ini, soalnya dulu sewaktu upacara 17 Agustus jaman masih duduk di bangku SMP tanda-tandanya seperti itu. Saya mencoba untuk terus melawan perasaan gak enak itu, gak boleh sampai pingsan harus kuat bertahan setidaknya sampai di Stasiun Manggarai turun, cari tempat duduk, dan istirahat di sana. Saya mencoba berbagai posisi putar ke depan ke samping agar hilang rasa itu, tapi malah parah rasanya mual sekali.
Saya baru sadar memang hari ini sedang puasa, jadi pantas memang kepala keliyengan mungkin kurang cukupnya aliran darah menuju otak yang bersifat sementara, mungkin juga karena tekanan darah saya rendah pada kondisi yang penuh penumpang dalam kereta membuat kebutuhan oksigen ke otak saya berkurang apalagi saya dalam kondisi puasa. Sebelumnya saya kuat-kuat saja dalam kondisi seperti itu bahkan pada dalam kondisi puasa juga sering naik kereta dan berdiri pula dan mungkin saja daya tahan tubuh saya lemah hari ini.
Singkatnya dengan karena saya merasa mual saya segera cari kantong plastik dalam tas saya, meskipun menemukan tapi saya coba perintah otak untuk menahan agar tidak muntah dalam kereta ini. Betapa malu dan merepotkan banyak orang ini kalau sampai kejadian. Masak naik KRL aja mabuk.hihi dan Alhamdulillah tidak sampai kejadian muntah. Dan penumpang wanita di depan saya akhirnya iba ke saya dengan memberi perhatian kepada saya dan menanyakan apa saya sedang sakit, saya jawab saya tiba-tiba saja pusing tentunya dengan nada lirih karena lemas. Lalu penumpang wanita itu memberikan tempat dia yang tadinya bersandar pada dinding pembatas kabin masinis kepada saya.
Namun saya tidak sanggup berdiri saya izin saja untuk duduk jongkok di bawah. Ada penumpang juga di depan saya prihatin dengan kondisi saya dengan menanyakan kepada saya pusing ya.hehe. Ada juga yang menawarkan kepada saya minyak angin karena yang saya butuhkan waktu itu hanya ingin duduk meskipun hanya bisa jongkok jadi tanpa memakai minyak anginpun tak mengapa. Beberapa perhatian dari penumpang lain lumayan membuat moodbooster saya untuk melawan gejala pingsan tadi.
Berangsung-angsur keringat dingin hilang, rasa mual dan mulas hilang tinggal lemas dan sedikit keliyengan ketika tak lama duduk jongkok di bawah. Lalu kereta berjalan sebentar, eh tertahan kembali dan cukup lama. Dalam kondisi seperti itu ditambah kereta tertahan kembali membuat saja enggan beralih dari duduk jongkok ini.he..Akhirnya setelah kereta berjalan mendekati Stasiun Manggarai, terjadi kerumunan oleh penduduk sekitar di sekeliling rel kereta. Ada penumpang yang bilang mungkin ada kecelakaan makanya kereta sempat tertahan lama. Setelah di Stasiun Manggarai saya kembali berdiri dan lumayan tidak sempoyongan lagi.hehe
Kejadian sore tadi membuat saya ingin share pengalaman saya, semoga tips di bawah ini bisa membantu jika mendadak ada yang merasakan kondisi yang sama dengan saya tadi sore:
- Selalu berdoa sebelum melakukan perjalanan
- Usahakan di dalam tas minimal membawa minyak angin agar sedikit membantu ketika kondisi pusing seperti saya di atas
- Usahakan bawa air minum juga karena jika dalam kereta yang penuh sesak serta kurang oksigen bisa dibantu dengan minum air putih agar otak sedikit fresh. Bila tubuh kekurangan cairan (dehidrasi) juga dapat menyebabkan pingsan.
- Bagi kaum wanita pekerja kantoran yang harus menggunakan sepatu berhak tinggi di tempat kerjanya, sebaiknya menggunakan sepatu/sandal pengganti selama dalam perjalanan dengan KRL dan agar nyaman dalam perjalanan apalagi harus berdiri
- Sebaiknya jangan menggunakan pakaian ketat agar memudahkan kita bernafas apalagi dalam kereta kita berdiri dan desak-desakan
- Jika masih ada space tempat untuk meletakkan tas atau barang bawaan kita di atas tempat duduk penumpang sebaiknya meletakkannya di sana agar mengurangi beban kita bertahan untuk berdiri
- Jika tiba-tiba merasakan gejala pingsan seperti saya tadi, usahakan secepat mungkin minta bantuan ke penumpang terdekat untuk dibantu, entah dibantu dicarikan tempat duduk atau setidaknya diberi tempat untuk bersandar jika memang yang duduk tidak mau mengalah juga. Percaya atau tidak sedikit perhatian penumpang yang lain sangat membantu kita cepat pulih dari keadaan, seperti yang saya bilang moodbooster tadi. Segera cari tempat yang lebih rendah dari awal kita, misalkan dari berdiri cepat duduk atau kalau memang ada tempat duduk kosong ya berbaring saja dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala sebab kalau bertahan untuk berdiri maka akan mengurangi alairan darah untuk mencapai ke otak
- Yang pasti selalu usahakan kondisi badan kita sehat kalau tidak coba cari alternatif kendaraan lain yang memungkinkan kita dapat duduk selama perjalanan
- Selalu membawa kartu identitas diri agar memudahkan kita jika memang kita pingsan dan tak sadar diri
Bagi penumpang lain jika melihat kondisi penumpang yang di dekatnya terasa aneh tiba-tiba sakit karena pasti si sakit bergerak aneh untuk menahan rasa sakitnya entah dari cari pegangan sana sini, mimik muka kesakitan, keringat bercucuran harus cepat tanggap untuk menawarkan bantuan dan bagi yang sakit usahakan agar cepat meminta bantuan juga takut penumpang yang di dekatnya lama respon bantuannya yang ada malah kita beneran jatuh pingsan di tempat.hihi
Dari pengalaman hari ini saya mendapatkan pelajaran yang begitu berharga, kita tak akan pernah tahu kapan dan di mana sakit itu datang. Maka yang ada harus mempersiapkan diri untuk selalu menjaga kesehatan dan tak lupa untuk selalu berdoa.
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI