Sebentar lagi masyarakat Indonesia akan bisa menyaksikan film Buya Hamka. Nama lengkapnya, Prof Dr Haji Abdullah Karim, tetapi ada pula yang menuliskan sesuai istilah Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah). Buya (panggilan seseorang yang taat beragama Islam). Memang, Buya Hamka itu berasal dari Minangkabau (Sumatera Barat/Sumbar). Ini yang perlu digarisbawahi. Berasal dari keluarga Muslim yang taat.
Buya Hamka lahir di Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 di usia 73 tahun. Beliau adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, ahli filsafat dan aktivis politik.
Menurut Laudya Cynthia Bella, salah seorang yang akan memerankan isteri Buya Hamka, yaitu Siti Raham, maka ia harus banyak belajar bahasa Minang, di samping menghayati kepribadiannya dalami kesetiaan kepada Buya Hamka, sang suami.
Siti Raham ini adalah sosok perempuan yang benar-benar kuat. Pada saat Buya Hamka diasingkan pada zaman Soekarno, Siti Raham itu sulit menemui Buya Hamka. Sementara Buya Hamka punya anak sebelas dan dia nggak punya uang, bagaimana dia harus survive, bagaimana agar anaknya tetap bisa makan semua ? Itulah ungkap Laudya Cynthia Bella dalam konferensi pers beberapa waktu yang lalu.
"Jadi karakter Siti Raham itu pemberi, penyayang, dan kuat. Suaminya ditangkap, dia nggak nangis, dia benar-benar kuat, dia datang ke ruang tahanan gitu. Di sini aku benar-benar melihat perempuan Padang itu kuat-kuat," sambung Laudya Cynthia Bella.
Film Buya Hamka ini menurut rencana, akan syuting pada April hingga Juli 2019 dan dirilis pada awal 2020. Selain Laudya Cynthia Bella, film Buya Hamka juga akan dibintangi sederet nama seperti Vino G Bastian, Donny Damara, Teuku Rifnu Wikana, Desy Ratnasari, Yoga Pratama, Alfie Alfandy, Verdi Soelaiman, Ben Kasyafani dan lainnya.
Di samping itu adakah kita berpikir, bahwa di balik suksesnya seorang laki-laki, ada seorang perempuan yang sukses mendampinginya ? Di dalam film itu nantinya akan ditampilkan sosok dan peran Siti Raham binti Endah Sutan. Sosok perempuan yang telah dijelaskan di atas. Memang tidak begitu terlihat, namun bukan berarti ia tanpa peran, karena bersamanyalah Hamka merasakan ketentraman, darinya pula keputusan politik Hamka ditentukan.
Hamka menikah dengan Siti Raham pada tanggal 5 April 1929, hanya bermodalkan honor dari hasil menulis roman Minangkabau. Pada akhirnya kesetiaan istrinya dalam menemani Hamka suka maupun duka akhirnya harus dipisahkan oleh maut, darah tinggi dan diabetes yang menyerang tubuh Siti Raham tak kuasa lagi ia tahan. Pada 1 Januari 1971, Siti Raham dipanggil oleh Allah Subhanallahu Wata'ala dan tiga hari sebelum meninggal, Siti Raham meninggalkan wasiat, "Pandai-pandailah kau bercermin, kalau kau pandai bercermin maka selamatlah kau dunia akhirat." Untaian pesan yang penuh hikmah.
Kehidupan Buya Hamka penuh dengan berbagai cobaan. Sebelumnya, sebuah Novel Buya Hamka, "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" salah satu novel karya Sastrawan Minangkabau itu difilmkan.
Pada bulan Desember 2013 itu, seluruh masyarakat Indonesia, menyaksikannya di berbagai bioskop tanah air. Sudah tentu seluruh peristiwa berdasarkan novel lagendaris Buya Hamka di tahun 1939, di mana sudah dicetak sebanyak 80 ribu eksemplar, bahkan lebih.
Yang jelas pemain film adalah putera bangsa Indonesia. Tetapi memang perlu memperoleh beberapa catatan. Pertama, apakah roh atau pesan-pesan yang disampaikan di dalam Novel seorang alim ulama Buya Hamka bisa terwakili? Kedua, peran yang dimainkan hendaknya disesuaikah dengan budaya asli bangsa Indonesia dalam hal ini Minangkabau.