Inilah foto kenangan saya bersama Joesoef Isak, mantan wartawan harian "Merdeka," pimpinan Burhanudin Mohamad (BM) Diah. Wawancara ini berlangsung pada tahun 2009 di kediamannya dan sekarang beliau pun sudah meninggalkan kita untuk selama-lamanya.
Saya sengaja datang ke rumahnya untuk membicarakan tentang almarhum Adam Malik, yang awalnya juga berprofesi sebagai wartawan. Pada hari ini, 22 Juli 2018, tepat pula kita memperingati 101 tahun Adam Malik.
Dihitung sejak tanggal lahir Adam Malik hari ini, 22 Juli 2018, 101 tahun lalu, ketika ia lahir di Pematangsiantar, 22 Juli 1917, kita mungkin kurang mengenal beliau sebagai anak dari Sumatera Utara. Hal ini karena jarang memakai marganya Batubara itu. Namanya selalu ditulis tanpa marga. Cukup Adam Malik. Ia meninggal di usia 67 tahun di Bandung, Jawa Barat pada 5 September 1984.
Sebagai seorang wartawan, ia memiliki pemikiran yang cemerlang. Ia juga pernah diangkat Presiden Soekarno sebagai Duta Besar Indonesia untuk Uni Soviet (sekarang Rusia). Juga termasuk salah satu tokoh pendiri Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) hingga menjadi Wakil Presiden RI di masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Menurut Joesoef, ia tahu hitam putihnya Adam Malik. Ia tidak segan-segan menemui temannya bernama Adam Malik tersebut, setelah ia keluar dari penjara Salemba selama 10 tahun tahun 1977. Joesoef dianggap mendukung Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketika itu Joesoef mendatangi Adam Malik, karena butuh uang.
Joesoef datang bersama Sastrawan Pramoedya Ananta Toer. Mereka meminta uang dan langsung dikasih Adam Malik.. Menjelang mau pulang, Joesoef mengatakan lagi kepada Adam Malik, di rumahnya dan rumah Pramoedya belum ada telepon. Lalu Adam Malik menyuruh sekretarisnya agar kedua rumah itu dipasang telepon.
"Saya langsung angkat telepon dan langsung wartawan Kanada itu diterima Wakil Presiden Adam Malik, terapi harus bersama saya. Jika tidak, maka pertemuan dengan wartawan Kanada pun batal," ujar Joesoef.
Joesoef mencontohkan buku "Bumi Manusia," tulisan Pramoedya Ananta Toer akan terbit, Joesoef menyerahkan naskah awal kepada Adam Malik dan menyatajan novel Pram itu bagus. Joesoef juga mendapat kabar dari Adam Malik, bahwa Ibu Tien Soeharto terpukau oleh novel berlatar belakang Wonokromo, Surabaya, itu.Tetapi begitu buku itu beredar, Presiden Soeharto melarangnya beredar. Sekarang diizinkan lagi beredar dan bahkan novel Pram sudah ada difilmkan.