Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Politik

Merenungkan "Nyanyian" La Nyalla

13 Januari 2018   21:00 Diperbarui: 13 Januari 2018   21:01 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penulisn, jika para saksi ini hanyalah tenaga bayaran, tentu sangat mungkin bisa dibeli jika pihak kompetitor berani bayar mahal. Jual beli suara oleh saksi bisa saja terjadi ketika saksi tersebut melihat bayaran dari kompetitor lebih tinggi.

Apologi penarikan milyaran dana dengan alasan untuk saksi menunjukan bahwa partai tidak memiliki kader kader yang sepi ing pamrih rame ing gawe. Dengan kondisi minimnya kader partai terpaksa mengerahkan saksi bayaran yang beresiko menjadi pelaku penjualan suara. Permasalahannya adalah mengapa tidak tersedia kader yang siap jibaku ? Bagaimana proses kaderisasi yang terjadi ? Bagaimana kaderisasi menempa nilai nilai perjuangan partai ?

Kita tentu mengetahui tentang dana partai, yang diantaranya untuk pendidikan politik, tentu termasuk pendidikan politik untuk kader (kaderisasi). Lantas jika tidak tersedia kader, kemana larinya dana pendidikan politik ? 

Dana pendidikan politik tentu berasal dari rakyat dengan harapan terbentuk politisi politisi yang terdidik dengan idealisme kerakyatan, Sehingga saat mengusung kandidat, pertimbangan utamanya adalah kandidat yang paling memiliki komitmen pada perjuangan untuk kepentingan rakyat, untuk kepentingan bangsa dan negara. Bukan kandidat kandidat yang paling Mampun menyediakan sejumlah uang.

Dengan biaya politik yang mahal, maka munculnya kasus kasus penyalahgunaan wewenang dan korupsi untuk mengembalikan biaya itu dengan jumlah yang berlipat tentu tidak dapat dihindarkan. Apakah kita ingin hal ini terus berlanjut ? Tentu tidak kan ? Semoga itulah jawaban rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun