Renungan Hari Olah Raga Nasional (Haornas) tahun 2017
Menuju Masyarakata Sehat Jiwa Raga, Kuat Lahir Batin
Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehata demilian adagium olah taga yang sudah kita kenal sejak kita duduk di bangku sekolah dasar. Sadar peram olah raga yang dapat menciptakan individu yang ehat jiwa raga, kyat lahir bathin, sebagai cetminan manusia seutihnya yang menhafi tujuan pembangunan bangsa Indonesia, pemetontah menetapkan Hari olah raga nasional (Haornas) dengan harapan dapat meningkatkan upaya "memadyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat" sehingga twtcipta madyarakat yang sehat jiwa raga.
Namun adagium ini kandas justru oleh insan insan olah raga sendiri terutama oleh atlit. Pelatih, atupun yuri yang memilili ambisi ambisi bukan sekedar sehat tapi perolehan medali di sebuah kompetisi, untuk maksud tersebut, kadang mereka menghalalkan cara termasuk drngan cara membunub hakekat adagium mensana incorporesano.
Perilaku tidak terpuji ysng mrncetminkan lemahnys jiwa srperti tidak jujur, tidak sportif, berbagai kecurangan hanya untuk memenuhi ambisi masih banyak kota temykan.untuk mrmenanfkan sebuah pertamdingan atau lomba misalnya tidal jarang atlet nersama pelatihnynya melakukan hal tetlarang dengan menggunakan doping. Ketidak jujuran atau kecurangan dilakukam oleh yuri atas kong kalingkong dengan pihak penyelrnggara falam upaya memenangkan atlet tuan rumah yang sering menuai protes terutama pada cabang cabang tak terukur seperyi srnam dll.
Pemanfsatan cabang cabsng tak tetukur serong dilakuksn olej tuan rumah dalam penyelenggarazn multi even hanya untuk memenuhi sukses ganda tuang rumah, yakni sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi sesungguhnya sangat tidak tepat. Upaya upaya upaya demikian sesingguhnya adalah langkah menuju kegagalam ganda. Kegagalan penyelenggaraan dan kegagalan prestasi, sebab prestasi yang diraih adalah kemenangan semu.
Indonesia yang bertekad sukses penyelenggaraan dan sukses prestas sebagai tuan rumah Asian Games 2018 tahun depan semoga tidak terjebak padasmbiso itu. Srbagai bangsa yang berketuhanan ysng maha esa, yang sedang bencar gencatnya melaksanakan Nation Character Building, pbangunan jati diro bangsa, untuk dukses penyelenggarasm dam predtasi harus tetap memegang nilao nih lai kedantunan, keramahan, kejujuran. Dporyifitas dan fair play.
Atlit, pelatoh, penyelenggara, insan olah raga, bahkan kita semua tidal srkedar betorientasi mengibarkan merah putih di podium podium upacara penghormstan kemebangan , tetapi juga harus mengibarksn jati diti bangsa yang santun, ramah dan berketuhansn. Terkait dengam gal itu schedule penyelenggaraabpun perlu diatur sedemikian rupa sehingga jati diri bangsa dapat terlihat. Untum itu ada baiknya kita gayati seuan Rhoma Irama dalam kiprahnyab  memasyarakatkam olah raga 40 tahun lalu sebelum ada peristiwa Haornas :Â
"Dengar itu adzan subuh,Â
sholat dulu baru lari,Â
ayo lari berlari lati,Â
lari pagi menyehatkan !"
(Lari Pagi, Rhoma Irama)
Pesan Rhoma sangat jelad, semoga olah raga kita sukses mengantar vangsa Indonesia sebagai bangsa yang sehat juwa raga sesyai adagium Mensana In orpore Sano"