"Ya Nabi salam alaik, Ya Rosul Salam alaik, Ya habib salam alaik, Sholawatullahi alaik ! Marhaban ahlan wa sahlan, marhaban jaaddal khusaini, marhaban yaa khoiruddai. Anta syamsun antad badrun, anta nurun faoqo nuur, Anta ikhsirul wa gholli, anta misbahus suduri." begitulah kumandang-kumandang sholawat, pujian, marhaban yang biasanya memenuhi angkasa teritama di pedesaan-pedesaan dalam menyambut maulid Nabi Muhammad SAW yang dimulai sejak memasuki malam tanggal 1 Maulid atau bulan Rabiul Awal di tiap tahunnya, yang menjadi budaya masyarakat muslim Indonesia sejak ratsan tahun lalu. Kecintaan, penghormatan, dan pengharapan syafaat dari Rosul SAW itulah yang mewarnai buaya religius bangsa kita, sekaligus sebagai perkat sosial yang sangat kental.
Muludan, atau perayaan maulid Nabi Muhammad SAW, pada hakekatnya adalah peringatan dan pengingatan akan pribadi agung, yang telah sukses mengubah dunia dari kegelapan (jahiliyah) menjadi penuh cahaya, dari maysarakat yang diwarnai oleh pertentangan suku, kabilah menjadi masyarakat madani dengan komitmen-komitmen bersama menjalankan apa yang telah menjadi kesepakaatan bersama. Al Quran berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [QS. Al-Ahzaab: 21].
Suri tauladan yang ada pada Rasulullah, sangat terkait dengan keagungan akhlaq Rasulullah SAW sendiri sebagaiaman ditegaskan dalam Q.S al Qolam : 4 sebagai berikut :
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍSWT.
dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Dengan keagunga akhlaq Rasulullah SAW. maka sangatlah layak jika misi utaa beliau diutus menjadi rasul adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Sebagaimana sabda beliau yang berbunyi “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh”. (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim).”
Oleh karena itu relevansi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan kehidupan kaum muslimin adalah "review" dan "refleksi" diri apakah sebagai kaum muslimin sudah sesuaia akhlaqnya dengan maksud dan tujuan dari misi utama Rasulullah SAW itu, yakni memiliki akhlaq yang mulia. Akhlaqul Karimah. Termasuk bagaimana akahlak, sikap, ;perilaku, tindakan kita dalam melakukan seruan (Da'i), ajakan untuk kembali ke jalan Allah SWT.
دْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (125)
Serulah (manusia) kepada jlan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S : An nahl 125)