Mohon tunggu...
Mohhamad DarulHamdi
Mohhamad DarulHamdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan

Mahasiswa yang memiliki ketertarikan pada kebijakan publik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Geladi Hominisasi: Semangat Generasi Muda untuk Membangun Bangsa

2 Oktober 2022   13:06 Diperbarui: 2 Oktober 2022   13:24 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) merupakan kampus yang menjunjung tinggi nilai humanum dan berpedoman pada Spiritualitas dan Nilai-Nilai Dasar Unpar (SINDU). Untuk menanamkan spiritualitas dan nilai-nilai dasar Unpar kepada para mahasiswanya, Unpar membuat program kegiatan berupa Geladi Hominisasi. 

Geladi Hominisasi merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Humanioria (LPH) Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR). Hominisasi yang berarti pemanusiaan, dimulai dengan pemahaman bahwa manusia memiliki kelebihan dibanding makhluk lain, yakni akal,budi, dan kehendak bebas. Kegiatan Geladi Hominisasi ini diikuti oleh mahasiswa yang sedang mengikuti mata kuliah Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia, dan Logika.

Pada Geladi Hominisasi 1 yang diselenggarakan pada 1 Oktober 2022, mahasiswa yang mendaftar akan mengikuti serangkaian proses yang terdiri dari penugasan pra-Geladi, hari H Geladi Hominisasi, dan penugasan pasca-Geladi. Penugasan pra-Geladi  ini terdiri dari beberapa soal. Pada soal pertama, mahasiswa diminta untuk menyimak dan memilih syair mana yang menarik disertai alasannya dari lagu Indonesia Raya 3 Stanza.

Di soal kedua, mahasiswa diminta untuk menyaksikan film dokumenter singkat.

Dari film dokumenter singkat tersebut, mahasiswa sebagai generasi muda akan merefleksikan diri terkait tantangan dan tindakan konkret apa yang dapat dilakukan untuk mempertahankan tradisi/budaya, lingkungan, dan ketahanan pangan. Pada soal terakhir, mahasiswa memberikan pendapat mengenai tantangan generasi muda pada saat ini. 

Ketika seluruh penugasan pra-Geladi sudah selesai dilakukan, selanjutnya mahasiswa akan mengikuti kegiatan inti pada hari H pelaksanaan Geladi. Kegiatan inti dari Geladi Hominisasi ini terdiri dari pembukaan, penyampaian materi, dan pendalaman materi melalui dinamika kelompok. 

Materi pertama merupakan penjelasan materi dari Spiritualitas dan Nilai-Nilai Dasar Unpar yang disampaikan oleh Romo Yohanes Driyanto selaku Kepala Lembaga Pengembangan Humaniora Universitas Katolik Parahyangan (LPH UNPAR). 

Romo mengenalkan mahasiswa dengan humanum. Materi kedua yang disampaikan oleh Andreas Doweng Bolo, SS., M.Hum. membahas mengenai Hari Kesaktian Pancasila. Selain melalui presentasi Power Point, materi juga disampaikan secara interaktif melalui kuis yang melibatkan mahasiswa.

Seluruh materi yang sudah disampaikan, kemudian akan dilakukan kegiatan pendalaman materi. Kegiatan ini dilakukan melalui penugasan kelompok. Terdapat 10 kelompok dan masing-masing kelompok memiliki topik yang berbeda. Topik-topik yang dibahas melalui pendalaman materi ini diantaranya Hari Kesaktian Pancasila, Hari Kopi Sedunia, Hari Pos Sedunia, Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, dan Hari Pangan Sedunia. 

Menariknya, seluruh topik yang dibahas ini merupakan hari-hari yang diperingati pada bulan Oktober yang bertepatan juga pada hari pelaksanaan Geladi Hominisasi 1. Seluruh kelompok akan melalui sesi breakout room 1, pada sesi ini mahasiswa akan berdiskusi secara kritis mengenai topik kelompok dengan mengolah data dan menganalisa topik melalui riset.

Selanjutnya, dilakukan pengelompokan kelompok pada sesi breakout room 2 agar mahasiswa dapat menyampaikan hasil diskusi kelompok secara kreatif seperti podcast, debat, talkshow, drama, dll. 

Pada kesempatan ini, kelompok penulis mendapatkan tema "Hari Kesaktian Pancasila" yang diperingati pada 1 Oktober dengan penyampaian hasil diskusi melalui debat. Selama diskusi, kelompok membahas materi keterkaitan kesaktian pancasila dengan peristiwa G30S, dimana peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang menewaskan tujuh jenderal Angkatan Darat.

Penugasan pasca-Geladi, mahasiswa diminta melakukan refleksi diri selama kegiatan Geladi Hominisasi. Penulis merefleksikan pentingnya logika dan bahasa sebagai warga negara, logika sangat membantu untuk berpikir secara rasional, kritis, metodis dan koheren. Logika juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif. 

Sedangkan bahasa, bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia, kemampuan mengembangkan otak menyebabkan penguasaan bahasa yang begitu penting. Bahasa tidak hanya sebatas alat komunikasi tetapi menjadi multi fungsi bagi kepentingan manusia. Logika dan bahasa memiliki keterkaitan, karena untuk menggunakan logika maupun menyampaikan pemikiran yang logis diperlukan penyampaian bahasa yang baik. 

Refleksi penulis terkait kegiatan Geladi Hominisasi ini dapat membantu dalam berpikir secara cepat, kreatif, dan logis dengan keterbatasan waktu. Indahnya berdiskusi dalam kelompok, karena pada sesi breakout room 1 mahasiswa harus dapat terlibat aktif dalam kegiatan diskusi. 

Diskusi berjalan menarik karena mahasiswa berdiskusi dengan orang-orang yang baru saja mereka kenal hanya dalam beberapa menit saja. Tidak ada kendala pada kegiatan diskusi tersebut, karena setiap mahasiswa dalam kelompok memiliki kepentingan dan tujuan bersama. Melalui sesi diskusi, mahasiswa dapat mendorong kepercayaan diri mereka dan mengasah kemampuan berbicara di depan umum.

Meskipun kegiatan Geladi Hominisasi hanya berjalan singkat, namun manfaatnya memiliki jangka yang panjang. Kemampuan berpikir kritis sangat membantu mahasiswa dalam hal apapun termasuk mempersiapkan diri untuk masa depan. Softskills dan hardskills harus dimiliki oleh generasi muda untuk membangun bangsa yang lebih baik di masa depan. 

Untuk menerapkan pada hal akademik seperti perkuliahan, penulis akan lebih banyak untuk membaca berbagai pengetahuan yang dapat mengembangkan penulis sesuai dengan disiplin ilmu penulis. Selain itu, penulis akan lebih banyak berdiskusi khususnya terkait disiplin ilmu penulis untuk terus mengasah kemampuan berpikir kritis, logis, dan rasional. 

Melalui diskusi, penulis dapat melatih skill berkomunikasi penulis yang diiringi dengan logika berpikir. Bahasa yang digunakanpun akan bersifat adaptif tergantung situasi dan kondisi, hal ini dilakukan agar lawan bicara dapat lebih nyaman dalam berkomunikasi dengan penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun