Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajar Terjerumus Pornoaksi, Apa yang Harus Kita Lakukan?

28 Februari 2018   20:11 Diperbarui: 28 Februari 2018   20:33 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelajar Indonesia (foto via hai.grid.id)

Maraknya kasus (perekaman) aksi tak senonoh di kalangan pelajar Indonesia, yang kemudian tersiar secara masif melalui media sosial, akhir-akhir ini terasa semakin mengkhawatirkan. Daerah Istimewa Yogyakarta yang notabene merupakan barometer pendidikan nasional pun tak luput dari adanya kasus tersebut. Kasus termutakhir adalah perekaman aksi tak senonoh oleh pelajar SMP di Kecamatan Playen, Gunungkidul.

Ke depan, tentu kita tidak ingin kejadian serupa terulang kembali. Oleh karenanya, diperlukan perhatian dan upaya serius dari semua pihak untuk mencegah agar para pelajar tidak terjerumus dalam bahaya pornoaksi dan pornografi.

Gurauan Bias Pornoaksi

Perekaman aksi tak senonoh oleh pelajar SMP di Playen beberapa waktu lalu ternyata dilakukan atas dasar gurauan. Sebelumnya, para pelajar tersebut bahkan telah menskenariokan adegannya, untuk kemudian direkam.

Pada video-video serupa di tempat lain yang sudah terlebih dahulu tersebar luas, sebagian besar juga dilakukan sebagai bahan gurauan. Hal itu terjadi bisa karena memang mereka belum benar-benar memahami bahwa tindakan itu tidak pantas dilakukan. Tetapi bisa juga karena mereka sedang meniru aksi lain yang mungkin pernah mereka tonton, baik di televisi, dunia maya, maupun di dunia nyata. Sebab kenyataannya, candaan-candaan kita sampai saat ini acap kali masih bias pornoaksi. Ini bisa kita lihat di media sosial, tayangan televisi, lelucon panggung, hingga kehidupan sehari-hari.

Bertolak dari fenomena tersebut, maka upaya melindungi anak-anak dari ancaman pornografi dan pornoaksi pada akhirnya akan bermuara pada dua hal, yakni pendidikan seksualitas dan kontrol terhadap penggunaan perangkat teknologi.

Perlu Perhatian Orang-orang Dewasa

Di Indonesia, pendidikan seksualitas masih belum dilakukan secara jelas. Orang tua maupun guru belum sepenuhnya mampu mengambil peran tersebut, sebab masih terhalang oleh tabunya pandangan tentang seksualitas dan tipisnya batas antara norma kepantasan dan ketidakpantasan umum.

Padahal pendidikan seksualitas ini akan sangat bermanfaat bagi anak, terutama dalam rangka melindungi diri mereka dari bahaya pelecehan seksual maupun pornoaksi dan pornografi, sampai pada taraf sekadar candaan sekalipun.

Itulah pula mengapa pendidikan seksualitas harus dilakukan secara komprehensif dengan memadukan berbagai aspek mulai dari aspek biologis, sosial, hukum, moralitas, dan agama. Mengingat semakin maraknya pornoaksi dan pornografi di kalangan pelajar belakangan ini, maka pendidikan seksualitas harus mulai diintensifkan, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.

Di samping itu, upaya penyadaran penggunaan gawai yang baik juga harus dilakukan secara terus-menerus. Gawai bagai pisau bermata dua, bisa sangat berguna dan membantu manusia namun juga bisa sangat membahayakan. Namun demikian, pada akhirnya penggunaan gawai sangat tergantung pada manusianya, sehingga upaya penyadaran tentang penggunaan gawai yang baik harus terus dilakukan secara berkesinambungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun