Mohon tunggu...
Darren
Darren Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Halo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pencemaran Lahan Pertanian di Rancaekek

11 Mei 2021   17:54 Diperbarui: 8 Agustus 2021   20:47 2214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Daerah Rancaekek dapat dibagi menjadi tiga bagian besar Desa Linggar, Desa Jelegong, Desa Bojonglola dan ketiga daerah ini diairi sungai cikijing, sungai yang sudah tercemar limbah tekstil. Berdasarkan journal Paparan Limbah Cair Industri Mengandung Logam Berat pada Lahan Sawah di Desa Jelegong, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Logam berat yang terkandung dalam salah satu lahan sawah di Desa Jelegong mengandung unsur Kromium sebesar 174.7 ppm, Mercury sebesar 92.2 ppm, Timbal sebesar 0.9 ppm, Kadmium sebesar 0.9 ppm dan Arsen sebesar 3.9 ppm (W. Komarawidjaja, 2017). 

Satuan yang dipakai dalam penelitian ini adalah ppm atau parts per million yang berfungsi sebagai rasio untuk menggambarkan jumlah kontaminan atau konsentrasi yang terdapat dalam suatu zat. 1 ppm sama dengan   atau 1/1 000 000 , dan 1 mg = 1/1000  sama dengan 1 g = 1/1000 Kg maka 1 miligram atau kilogram sama dengan 1 ppm. Zat-zat yang telah dijelaskan sebelumnya adalah ratio zat tersebut yang sudah tercemar dalam tanah, contohnya unsur kromium yang sudah tercemar dalam tanah sebesar 174.7 ppm. 

Untuk mengetahui seberapa tercemar tanah oleh logam berat, jika logam berat dalam tanah mencapai 0 ppm berarti tidak ada pencemaran.  Batas kadar unsur kromium dalam tanah sebesar 2,5 ppm. Sebagai perbandingan, daerah Aliran sungai Bengawan solo juga tercemar logam berat dari limbah pabrik tekstil dan pencemarannya sebesar "0.3 sampai dengan 0.53 ppm untuk unsur kromium, 0.04 sampai 0.14 ppm untuk unsur timbal, 0.02 sampai 0.14 ppm untuk unsur kadmium" (S. Sukmaning adji, 2008). 

Dari kedua data tersebut, terlihat sekali perbedaan pencemaran unsur Kromium di daerah Rancaekek dan di Bengawan solo. Terdapat penelitian pada tahun 2017 yang menunjukan bahwa konsentrasi kromium sebesar 57,69 ppm dan 83,20 ppm pada insang dan hati ikan nila dapat menyebabkan edema (Penumpukan cairan) dan fibrosis (gangguan pernafasan) (D.Yuni, 2020). 

Walaupun dosis kromium untuk manusia dalam unit ppm belum ditemukan tetapi kromium dapat menyebabkan asma, bronkitis, hipermia, dan kanker Jika terpapar oleh manusia secara terus-menerus (D.Yuni, 2020). Lahan pertanian di Desa Jelegong sudah tercemar cukup parah oleh logam berat.

dokpri
dokpri
Logam berat dibagi menjadi dua yaitu logam berat esensial dan non esensial, logam berat esensial adalah logam berat yang dibutuhkan manusia dalam dosis tertentu contohnya Zn (seng), Cu (Tembaga), Fe (Besi), Co (Kobalt), Mn (Mangan) dan Se (Selenium) ("Mengenal logam berat", 2000). Logam berat non esensial adalah logam berat yang beracun dan dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi manusia seperti radang tenggorokan, nyeri kepala, dermatitis, alergi, anemia, gagal ginjal, pneumonia, dan lain sebagainya (D. Yuni, 2020). 

Contoh logam berat non essensial antara lain Hg (Raksa), Cd (Kadmium), Pb (Timbal), Sn (Timah), Cr(VI) (Kromium) dan As (Arsen) ("Mengenal logam berat", 2000). Limbah pabrik Rancaekek mengandung logam berat non esensial yang akan meracuni manusia jika terkonsumsi, Pencemarannya semakin mudah masuk ke dalam tubuh manusia karena kandungan logam berat tersebut mencemari tanaman yang dikonsumsi sehari-hari seperti padi selain itu sungai Cikijing juga dipakai sebagai sumber air minum bagi warga sekitar.

Berdasarkan journal Konsekuensi Tersembunyi: Valuasi Kerugian Ekonomi Akibat pencemaran Industri, dijelaskan dampak pencemaran limbah pabrik terhadap Rancaekek secara keseluruhan. Dampak pencemaran dapat dibagi menjadi 3 sektor, sektor pertanian, sektor perikanan, dan sektor kesehatan. Pada sektor pertanian, Lahan pertanian yang tercemar sebesar 1.250 hektar dan hasil pertaniannya juga sudah tercemar. Terdapat jerami dan beras yang mengandung logam berat Pb dan Cd (Greenpeace, 2016). 

Walaupun hasil pertanian tidak di konsumsi langsung oleh masyarakat setempat karena sangat berbahaya bagi kesehatan tetapi produktivitas lahan akan berdampak, sebelumnya produktivitas gabah sebesar 75 ton/ha/thn dengan intensitas panen 2-3 kali setahun tetapi setelah lahan pertanian tercemar produksi tumbuhan menurun sebesar 97% (Greenpeace, 2016). Sebagian besar lahan pertanian tidak lagi bisa ditanami tumbuhan dan menjadi lahan tidur, Padi yang tumbuh di lahan yang sudah tercemar akan berwarna hitam, mudah rapuh, dan rasanya pun tidak lagi sama (D. Faiz, 2018). 

Selain dipakai untuk irigasi Sungai cikijing juga dipakai untuk kegiatan perikanan, Berdasarkan artikel Sungai Lain Sudah Tercemar, Warga Pun Mencari Ikan di Lokasi Proyek Normalisasi Sungai Cikijing, salah satu warga dari desa linggar menceritakan ikan-ikan yang ada di Sungai Cikijing. Sebelum tercemar, ikan emas, nila, mujair, gabus, sampai lele, ada di tempat ini dan ikan tersebut dijadikan budidaya atau dikonsumsi masyarakat setempat (H. Baihaqi, 2019). 

Setelah sungai cikijing tercemar oleh limbah pabrik, ikan-ikan tersebut tidak ada lagi "Berdasarkan hasil wawancara jenis ikan yang ditemukan di Sungai Citaraju (bagian dari sunga Cimande) adalah ikan lele, ikan betik, ikan sepat, dan belut. Sedangkan di perairan Sungai Cikijing tidak ditemukan jenis ikan karena kualitas airnya tidak memungkinkan jenis ikan dapat hidup kecuali ikan sapu" (S Sukmaning, 2008). Hal ini dapat terjadi karena sungai cikijing mengandung logam berat Timbal dan Merkuri yang dapat merusak organ-organ ikan (D. Yuni, 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun