Generasi Z, yang dikenal mahir teknologi dan haus akan informasi instan, telah menemukan platform favorit barunya: TikTok. Dengan algoritmanya yang sangat personal dan konten video pendek yang adiktif, TikTok telah menjadi raksasa hiburan yang mendominasi waktu luang mereka. Namun, di balik kesenangan dan hiburan tanpa batas, tersembunyi sebuah bahaya serius yang mengancam hal paling berharga bagi Gen Z: produktivitas.
1. Lingkaran Setan "Dopamine-Scrolling"
TikTok didesain untuk membuat penggunanya terus menggulir layar (scrolling) tanpa henti, sebuah fenomena yang dikenal sebagai "dopamine-scrolling." Setiap video pendek yang lucu, mengejutkan, atau informatif memberikan dosis kecil dopamin---zat kimia di otak yang memicu rasa senang.
Kebiasaan ini melatih otak untuk mengharapkan gratifikasi instan dan cepat. Akibatnya, tugas-tugas yang membutuhkan fokus panjang dan usaha (seperti belajar, mengerjakan proyek, atau membaca buku) terasa membosankan dan melelahkan.
Dampaknya:
- Penurunan Rentang Perhatian (Attention Span): Gen Z menjadi sulit mempertahankan fokus pada satu tugas dalam waktu lama.
- Prokrastinasi Kronis: Tugas penting terus ditunda karena otak lebih memilih jalur gratifikasi cepat dari TikTok.
2. Overload Informasi dan Kelelahan Mental
Meskipun TikTok menyajikan konten yang beragam, kecepatan konsumsi informasi di platform ini luar biasa. Dalam satu sesi singkat, seseorang bisa menonton puluhan video dengan topik yang benar-benar berbeda.
"Overload" informasi yang cepat dan tidak terstruktur ini dapat menyebabkan kelelahan mental (mental fatigue). Otak harus terus-menerus beralih konteks, memproses informasi baru, dan mengabaikannya dengan cepat.
Kelelahan ini sering kali disalahartikan sebagai "butuh istirahat," yang ironisnya, mendorong mereka untuk kembali ke TikTok---menciptakan siklus kelelahan yang tak berkesudahan dan mematikan inisiatif untuk melakukan pekerjaan yang lebih berat.
3. Menghilangkan "Waktu Kosong" yang Kreatif
Produktivitas tidak hanya tentang melakukan tugas, tetapi juga tentang kreativitas dan refleksi. Momen-momen paling inovatif sering kali muncul saat kita sedang bosan atau tidak melakukan apa-apa.