Penyimpangan orientasi seksual, fenomana yang disatukan dalam LGB (lesbian, guy, biseksual) dan T yang merupakan transgender adalah ekspresi gender.
Mari kita perjelas, lesbian adalah orientasi dimana perempuan menyukai sesama perempuan sedangkan guy adalah kebalikannya, yaitu laki-laki yang juga menyukai laki-laki. Selanjutnya biseksual adalah tipe orang yang bisa menyukai perempuan dan laki-laki. Terakhir, transgender adalah dimana seseorang mempunyai penampilan dan sikap tidak seperti jenis kelaminnya. Biasanya pada transgender ini mempunyai kelainan atau meragukan organ reproduksinya antara perempuan atau laki-laki..
Dari mulai remaja sampai orang dewasa bisa mengalami kelainan ini. Tidak menutup kemungkinan anak-anak juga bisa mengalami hal ini. Tapi mungkin karena anak-anak belum bisa mengungkapkan apa yang mereka rasakan maka mereka akan mulai menunjukkan gejalanya saat memasuki remaja.
Banyak faktor seseorang bisa mempunyai kelainan orientasi ini, tapi ada beberapa yang dianggap paling besar menjadi pemicu, diantaranya:
Faktor genetik
Yap, dalam berbagai penelitian terhadap kasus ini, penyimpangan orientasi bisa karena diturunkan oleh anggota keluarga. Keberadaan hormon yang tidak seimbang menyebabkan orientasi seksual seseorang menjadi tidak stabil. Dalam bidang kesehatan juga dijelaskan mengenai jumlah kromosom seseorang yang bisa menjadi penyebab kelainan ini.
Rasa traumatis
Pengalaman buruk di masa lalu yang masih menjadi bayang-bayang seseorang juga menjadi faktor kelainan ini. Ketika seseorang pernah mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan dari lawan jenisnya dan menimbulkan rasa benci yang teramat dalam. Ini akan menyebabkan trauma terhadap lawan jenisnya, bukan hanya terhadap orang yang sudah memperlakukannya dengan buruk tapi semua orang yang berlawan gender dengan dia.
Pengaruh lingkungan dan pergaulan
Inilah dia kenapa kita harus bisa bersikap selektif terhadap hal disekitar kita. Tak dapat dipungkiri bahwa lingkungan dan pergaulan kita memang akan berpengaruh terhadap pola pikir dan kehidupan kita sehari-hari. Jika kita ada di lingkungan positif kita akan terbawa kearah sana juga dan sebaliknya ketika kita berada di lingkungan negatif, tak menutup kemungkinan lama-kelamaan kita juga akan terkena dampaknya.
Lalu bagaimana jika teman atau seseorang yang kita kenal adalah seorang LGBT?
Dalam kasus ini, saya pernah berkenalan dengan seseorang yang mengalami kelainan orientasi seksual. Dia adalah remaja perempuan berusia 15 tahun. Dan ya dia seorang lesbian.
Dia bercerita bahwa sudah merasakan keanehan dalam dirinya sejak satu tahun lalu. Dia merasa benci ketika melihat laki-laki dan merasa lebih tertarik dengan perempuan.
Bahkan dia mengaku pernah menjalin hubungan dengan teman perempuannya yang dulu pernah satu sekolah. Tapi itu tak berlangsung lama, ada titik dimana dia merasa bahwa yang dilakukan ini salah dan dia segera mengakhiri hubungan terlarang itu.
Sebenarnya sampai saat ini dia masih tidak bisa menghilangkan kelainan ini, tapi dia sangat ingin kembali normal dan berusaha untuk tidak mendekat kearah sana lagi.