Mohon tunggu...
Jun Achmad
Jun Achmad Mohon Tunggu... Desainer - Penyadur ngelindur

Nulisnya jarang. Bacanya sering.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sombong?

29 September 2014   02:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:09 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Dia semakin terpojok & tertekan oleh suatu pernyataan miring yang datang dari semua arah,

Akhirnya dengan penuh percaya diri, dia melontarkan argumen untuk membela dirinya .

Karena pada dasarnya,  manusia akan sombong ketika merasa tertekan.”

Potongan paragraph tersebut adalah salah satu cerpen yang menceritakan seseorang yang tertekan dengan suatu keadaan, lalu dia membela diri dengan “prestasi” yang dia punya.

Ya, Sombong.

Satu kata yang membuat hati ini menjadi resah. Banyak orang setuju kesombongan adalah suatu perbuatan yang tidak hati.

Sepertinya saya setuju dengan anggapan itu. Pada dasarnya ketika orang melakukan suatu kesombongan, otomatis pihak lain bisa menjadi iri hati, dengki dan semacamnya.

Namun apakah sepenuhnya sombong mempunyai arti yang negatif?

Persepsi itu memang tergantung dari setiap masing-masing orangnya.

Seorang sahabat pernah bilang kepada saya, “sombong itu perlu, asal sesuai dengan kebutuhannya.”

“Sesuai dengan kebutuhan”?

Kalimat tanya menegaskan suatu kalimat tersebut.

Lalu sahabat tersebut menjelaskan, setiap orang dilahirkan pasti mempunyai sifat sombong. Tidak ada manusia yang tidak pernah sombong.

Saya mulai sepakat apa yang dijelaskan oleh sahabat saya tersebut. Tapi kalimat “Sombong sesuai dengan kebutuhan” belum mendapatkan jawaban.

Sahabat saya pun menjawab dengan panjang lebar, sehingga saya menjadi lupa. Saya memakluminya, sahabat saya ini mempunyai aliran tersendiri, yang menganggap agama itu bisa ditelusuri dengan pikiran.

“Dibelakang, dia buka semua kedok seseorang tersebut, tanpa disadari dial ah yang membuka kedok dirinya sendiri. Ya, semua karena rasa iri hati yang terlalu menguasai.”

Potongan kalimat dari cerpen yang sama seperti diawal. Bisa disimpulkan bahwa sombong, dengki, iri hati semua saling berkaitan. Hanya saja kita yang tidak menyadari hal tersebut.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Keperkasaan adalahsarang-Ku dan kesombongan merupakanselendang-Ku. Barangsiapa merebutnya dari-Ku maka Aku akan menyiksanya,” (HR Muslim [2620]).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun