Mohon tunggu...
CUT DARA ASYURA
CUT DARA ASYURA Mohon Tunggu... Mahasiswa

ambivert

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia : Saatnya Berubah, Bukan Hanya Sekedar Mengejar Angka

18 April 2025   03:01 Diperbarui: 18 April 2025   03:24 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
((foto : alat konstrasepsi KB)(sumber : pinterest))

Puluhan tahun telah berlalu sejak Program Keluarga Berencana (KB) pertama kali diperkenalkan di Indonesia. Menyuarakan semangat besar untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, pemerintah menggagas program ini dengan harapan dapat meningkatkan tingkat hidup masyarakat dan mempercepat laju pembangunan nasional. 

Namun kini, di tahun 2025, kita harus berani bertanya:
Apakah program keluarga berencana (KB) ini benar-benar membawa perubahan nyata dan berarti bagi bangsa, Atau justru hanya menjadi proyek rutin yang sibuk dengan mengejar angka, menyusun laporan indah, namun melupakan kenyataan yang terjadi di lapangan?

Jika kita melihat secara mendalam, kita akan menemukan bahwa Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia sebenarnya menghadapi banyak kegagalan yang cukup signifikan. Meskipun telah dijalankan selama bertahun-tahun, banyak masalah mendasar yang belum pernah ditangani secara tuntas. Salah satu alasan utama kegagalan ini adalah karena program ini sering kali mengandalkan pendekatan yang terjebak pada pola pikir lama, yang tidak lagi relevan dengan kondisi dan tantangan yang dihadapi masyarakat saat ini.

Selain itu, cara-cara yang digunakan dalam implementasinya sering kali tidak fleksibel, dan terlalu terfokus pada kebutuhan teknis semata, seperti angka dan statistik, tanpa memahami secara mendalam konteks sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat. Apa Saja Kesalahan Besar dalam Program keluarga berencana (KB) ?  

Sejak awal, Program keluarga berencana (KB) terlalu fokus pada angka-angka dan target statistik.

Setiap tahun, pemerintah sibuk menghitung Berapa banyak pasangan yang mengikuti Program keluarga berencana (KB) ?

Berapa banyak alat kontrasepsi yang dibagikan?

Seberapa besar penurunan angka kelahiran? Padahal, urusan keluarga dan kehamilan bukan hanya soal angka.

Ini adalah masalah kehidupan nyata yang sangat berkaitan dengan kepercayaan, budaya, dan masa depan manusia. Program keluarga berencana (KB) seharusnya tidak hanya membagikan alat kontrasepsi. Lebih dari itu, program ini harusnya membangun kesadaran masyarakat untuk berpikir panjang tentang pentingnya merencanakan jumlah anak sesuai kemampuan. Sayangnya, pendekatan seperti itu jarang dilakukan. Yang terjadi, keluarga berencana (KB) hanya jadi program teknis yang jauh dari hati masyarakat.

Program Keluarga Berencana (KB) dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia, dari kota besar sampai desa terpencil. Namun, pendekatannya tidak selalu sama. Di banyak daerah terutama di komunitas adat atau pendesaan, sosialisasi program ini sering kali tidak disesuaikan dengan kondisi budaya lokal, Banyak penyuluhan KB datang ke desa-desa tanpa memahami nilai-nilai yang dianut masyarakat. Mereka membawa istilah-istilah modern yang terasa asing dan tidak sesuai konteks budaya .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun