Mohon tunggu...
Hamdan Bin H.Muhaimin
Hamdan Bin H.Muhaimin Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebuah Opini tentang Tembakau

16 November 2012   15:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:14 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan biarkan generasi muda kita menjadi korban

[caption id="" align="alignleft" width="432" caption="Jangan biarkan generasi muda kita menjadi korban"][/caption] Setiap hari dalam hidup kita,pasti kita menjumpai ada saja orang yang menyisipkan sebatang benda yang berdiameter sepinsil yang disulutdan dihisap. Ya, rokok! Seakan sudah menjadi kebutuhan dasar setiap dewasa.Bermacam alasan jadi latar belakang para penghisap rokok. Ada yang sekedar iseng, sebagai simbol kejantanan, keren hingga perasaan ‘asem’ kalau tidak menghisap barang sebatang rokok. Sepintas memang tidak ada masalahdengan rokok, tidak perlu dibesar-besarkan, sudah biasa. Awalnya akupun berfikir seperti itu, namun setelah membaca buku, menyimak dalam seminar, memahami artikel2 di jurnal dan media massa....barulah aku ‘ngeh’ kalau rokok itu lebih dari sekedar barang yang dibeli, dihisap, terus dibuang. Ia punya isu kesehatan, ia memiliki kaitan dengan ekonomi, ia punya hubungan dengan sebuah ideologi. Ya, it’s so big problem. Semua orang tau kalo di bungkus rokok ada pesan ‘merokok dapat menyebabkan kanker,serangan jantung, impotensi...bla bla bla’. Guys tulisan itu bukan Cuma formalitas belaka, tapi benar adanya. Sudah ribuan orang di dunia meninggal tiap tahunnya akibat rokok. Rokok juga telah meracuni anak2 sedari kecil. Perokok muda dan perempuan juga trendnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Amat memilukan saat negara kita “terkenal” di seluruh dunia karena seorang bayi bernama Ardi Rizal, yang menghabiskan 40 batang rokok per hari (alhamdulillah sekarang sudah berhenti). Ini kasus yang nampak di media , ada banyak lagi anak-anak  diluar sana yang karena kepolosan mereka merokok tanpa ada rasa khawatir terkena dampak setelah ia dewasa. Masalah ini bukan hanya tanggung jawab orang tua, peran negara dalam menjaga warganya agar tetap sehat menjadi sangat penting. Kalo “keliaran” produksi dan konsmsi rokok ini terus dibiarkan suatu saat ada sebuah generasi yang terkena berbagai penyakit sebagai akibat menghisap rokok, mereka tentu harus dibiayai. Jika orang kaya mungkin oleh keluarganya, namun jika orang miskin? Tentu akan menjadi masalah yang memprihatinkan yang akhirnya menghamburkan uang negara karena harus menanggung biaya kesehatan dan menggangalkan capaian Indonesia sehat. Dari sudut pandang kesehatan memang sudah tidak diragukan lagi kalau rokok itu berbahaya, namun hal itu terjadi secara akumulatif  timbulnya setelah tahunan atau belasan tahun. Di negara-negara maju, pemerintahnya membuat peraturan yang ketat mengenai produksi tembakau. Harga rokok punsangat tinggi, bisa puluhan dollar dan itupun tidak dijual bebas, hanya di tempat tempat tertentu saja. Pemerintah disana sudah mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa investasi kemajuan negaranya salah satunya adalah kesehatan dan rokok yang tidk terkendali dapat mengancam pembangunan negara mereka. Mereka membuat dan menerapkan kerangka kerja pengendalian tembakau yang dinamakan FCTC (Framework Convention of Tobacco Control). Sayangnya negara kita tercinta tidak menerapkan ini meskipun berperan besar dalam pembuatannya. Bahkan, Indonesia dicibir oleh Sekjen PBB (kalo tidak salah) mengenai hal ini dalam sebuah forum kesehatan dunia yaitu WCOTCOH. Teman saya termasuk salah satu yang hadir disana dan ya, dia pun “malu” negaranya termasuk negara yang belum juga meratifikasi FCTC. Well upaya pengendalian tembakau di Indonesia tidak semulus di negara-negara maju sana, banyak pihak yang kontra. Diantaranya mereka yang mengatasnamakan himpunan petani tembakau.... sepintas memang kita akan berfikir. Kalau rokok dikendalikan produksinyaa otomatis akan menurunkan pendapatan para petani dan pekerja pabrik rokok dan tentu mereka tidak mau. Nah... di sinilahbanyak perdebatan ... bahkan sempat dijadikan judul dlam seminar yang kebtulan diketuai saya .hehehe ... Tembakau, ekonomi vs kesehatan....(bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun