Mohon tunggu...
Dani Wijaya
Dani Wijaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pekerja Keras

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tak Paham Perindustrian Dalam Negeri, Kritik Fahri Hamzah Jauh dari Kenyataan

22 Januari 2018   15:16 Diperbarui: 23 Januari 2018   03:34 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasca Presiden Joko Widodo memamerkan motor barunya di Istana Bogor, Sabtu (20/1) lalu, banyak pihak yang meradang. Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah salah satunya.

Fahri Hamzah melalui akun twitternya menyebutkan bahwa semua itu hanya pencitraan belaka. Karena menurut Fahri, di era Presiden Jokowi ini manufaktur justru sedang merosot.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyebutkan bahwa pembelian motor tersebut merupakan pesan motivasi agar inovasi dan kreativitas anak negeri terus dikembangkan. Agar produk-produk dalam negeri memiliki brand value yang lebih baik.

Tentu saja, sindiran Fahri di atas merupakan upaya penggiringan opini pada masyarakat agar citra Presiden Jokowi jatuh. Sayangnya, kritik tersebut tak tepat sasaran sama sekali.

Karena faktanya, penyebutan deindustrialisasi pada masa Jokowi tidak sesuai dengan konteks saat ini. Memang kontribusi manufaktur pada PDB cenderung turun, tapi itu tidak terjadi pada masa Presiden Jokowi saja. Kenyataannya, justru itu terjadi sejak awal 2000-an.

Misalnya, pada 2004 kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap PDB masih tinggi sebesar 28,34%, tetapi pada tahun berikutnya terus mengalami penurunan sampai saat ini, yakni pada 2013 sebesar 21,03 %, 2014 sebesar 21,01% dan 2015 sebesar 20,84%. Masa-masa itu dapat dipastikan berada pada era pemerintahan sebelumnya.

Pembangunan infrastruktur yang sedang dikebut Presiden Jokowi saat ini justru untuk meningkatkan daya saing industri nasional tersebut. Agar para investor tidak ragu bila ingin membangun pabrik di Indonesia.

Di sisi lain, Indonesia saat ini berhasil meningkatkan peringkat negara dengan nilai tambah industri manufaktur terbesar. Saat ini posisi Indonesia berada di posisi 9 setelah sebelumnya menduduki posisi ke-10.  Itu dinyatakan oleh Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa United Nations Industrial Development Organization (UNIDO).

Dengan capaian tersebut, Indonesia sejajar dengan Inggris, adapun penilaian UNIDO berdasarkan dari jumlah produksi dan nilai tambah industri manufaktur yang semakin meningkat di Indonesia.

Disebutkan bahwa saat ini Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan positif, bahkan pada saat krisis finansial global yaitu ketika kondisi ekonomi kebanyakan negara-negara maju mengalami penurunan, sehingga Indonesia berhasil mencapai ranking 10 besar negara industri manufaktur di dunia atau top ten manufacturers of the world.

Dengan demikian, kritikan Fahri Hamzah pada Presiden Jokowi meleset jauh sekali. Di saat yang bersamaan, itu justru menunjukkan yang bersangkutan tidak memahami dinamika perindustrian dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun