Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nomophobia: Kondisi Ketika Manusia Diperbudak Ponsel

24 Desember 2021   10:54 Diperbarui: 24 Desember 2021   16:55 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Umunya para penderita nomophopia yang parah ini berusia 18-25 tahun. Maklum saja pada usia ini tidak bisa hidup tanpa ponsel karena lahir di era teknologi yang tengah pesat. 

Dari studi di atas, orang yang mengalami nomophobia parah 10 kali lebih mungkin memakai ponsel di tempat terlarang, dan bahkan 14 kali lebih mungkin bermain ponsel saat berkendara.

Padahal, bermain ponsel saat berkendara berbahaya. Tidak sedikit kecelakaan lalu lintas terjadi karena pengemudi bermain ponsel. Akibatnya, nyawa orang lain terancam. 

Salah satu contoh paling baru adalah kecelakaan LRT Jabodetabek. Di dalam uji coba itu, LRT tersebut mengalami kecelakaan karena teknisi bermain HP. 

Tidak ada yang pasti mengapa orang bisa terjebak ke dalam nomophobia. Namun, ada beberapa alasan mengapa phobia ini bisa muncul. Pertama, kebanyakan dari kita menghabiskan waktu terlalu banyak dengan ponsel. 

Selain dompet yang berisi identitas, ponsel adalah barang lain yang wajib dibawa. Maka ketika ada waktu luang, tidak sedikit dari kita menghabiskan waktu itu untuk bermain media sosial dan mengecek notifikasi seperti email dan lainnya. 

Kedua, ponsel menjadi penunjang aktivitas. Salah satunya untuk belajar. Tidak ada salahnya memakai ponsel sebagai penunjang itu, tapi jika terlalu sering akan ketergantungan. 

Memang tujuannya untuk memudahkan, tapi jika hal itu dilakukan terus-menerus akan berakibat buruk. Misalnya minat literasi akan kurang, karena dengan jalan pragmatis tadi kita tidak perlu repot membaca buku yang tebal. 

Tentu saja hal itu tidak baik karena tidak memanfaatkan potensi akal yang diberi oleh Tuhan YME. Sama seperti otot, jika otak tidak dilatih secara rutin misalnya dengan membaca, ya jelas akan kaku. 

Ketiga, saat ini adalah zamannya di mana teknologi menguasai dunia. Jadi, setiap hari kita menjadi akrab dengan teknologi. Sebetulnya, teknologi diciptakan untuk membantu aktivitas manusia agar lebih efektif dan cepat.

Akan tetapi, jika kita tidak bijak dengan teknologi maka kita akan menjadi budak dari teknologi. Seharusnya teknologi dikuasai oleh kita, tapi untuk beberapa orang justru teknologi yang menguasainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun