Anggapan ini tidak sepenuhnya salah, tapi tidak semua orang yang terifeksi HIV adalah orang amoral yang gemar seks bebas dan hobi mengkonsumsi narkoba. Jika kita melihat cara penyebaran virus ini, ASI pun bisa menjadi medianya.
Jadi, bisa saja seseorang yang terkena HIV memang keturunan dari orang tuanya bukan dari perbuatan yang menabrak moral dan hukum. Tentu stereotip itu tidak bisa dipukul rata untuk setiap orang.Â
Di sisi lain, para dokter yang kerap menangani pasien HIV/AIDS juga kerap mendapat perlakuan sama seperti para penyintas. Ketakutan berlebih tersebut membuat diskriminasi terus ada.Â
Oleh sebab itu, perlu kiranya bagi petugas medis dan kita lebih memahami seluk beluk penyakit ini. Sehingga, informasi yang simpang siur tersebut bisa dikontrol.Â
Jangan sampai rasa tidak tahu itu terus mengakar, sekali lagi diskriminasi terhadap penyintas HIV lahir dari ketidaktahuan dan ketakutan berlebih.Â
Tentu saja, kita tidak ingin terjangkit oleh penyakit mematikan ini. Untuk itu, yang perlu kita lakukan adalah menjauhi faktor datangnya penyakit ini.Â
Misalnya terkait dengan seks bebas dan hobi gonta-ganti pasangan, apalagi tidak memakai alat pengaman. Perbuatan itulah yang harus kita hindari, jika usia sudah matang dan mapan, sebaiknya menikah saja.Â
Selain itu, HIV juga bisa datang melaui jarum suntik yang tidak steril. Misalnya mereka yang memakai narkoba dengan metode ini, bukan berarti saya melegalkan dengan metode lain, tetap saja yang namanya narkoba haram untuk dipakai.Â
Lalu, siapakah yang berperan paling penting agar generasi kita tidak jatuh ke jalan yang salah? Bagi saya keluarga adalah gerbang pertama untuk memupuk rasa cinta akan diri sendiri.Â
Keluarga berperan begitu penting untuk menciptakan karakter, di dalamnya termasuk penanaman budi pekerti, akhlak mulia, dan nilai-nilai luhur lainnya.Â
Institusi pendidikan adalah tempat menyiram pupuk tadi sehingga bisa tumbuh dengan baik. Untuk itu, perlu ada kerja sama antara warga negara dan negara. Keduanya harus bahu membahu agar generasi kita menjadi generasi unggul.Â