Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Usia Terus Bertambah tapi Belum Menjadi Apa-apa, Salahkah?

11 Mei 2021   07:10 Diperbarui: 12 Mei 2021   11:20 2044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bertambahnya usia (Sumber: Pexels.com/Pixabay)

Seiring bertambahnya usia, maka bertambah juga tekanan dalam hidup kita. Terutama saat memasuki usia 25 tahun, atau bagi mereka yang sudah melewati usia tersebut.

Usia 25 tahun memang sering disebut sebagai fase pada pendewasaan yang sebenarnya. Terkadang dalam usia ini, beberapa target hidup seperti pendidikan, karir, bahkan jodoh seringkali menjadi patokan.

Tidak sedikit juga yang dalam hidupnya ketika memasuki usia 25 tahun belum menjadi apa-apa. Tentunya ini akan menjadi pikiran tersendiri, biasanya akan cemas dengan masa depannya.

Kecemasan itu terus menghantui. Biasanya kecemasan akan masa depan benar-benar datang ketika malam tiba. Saat hendak tidur, pikiran terbang ke mana-mana menembus semesta.

Memikirkan sesuatu yang belum pasti, entah itu takut akan masa depan, takut gagal, bahkan menyesali kesalahan di masa lalu. Akhirnya menjadi susah tidur, mengecek HP, membuka sosmed sebagai pelarian dari kecemasan tadi.

Ketika hendak tidur pun kita tidak tenang, kadang terbangun tengah malam karena resah. Mungkin itu yang disebut dengan overthinking stadium empat.

Tidur yang seharusnya membuat kita menjadi rileks, membuat organ tubuh kita beristirahat, kita tidak bisa mengistirahatkan tubuh dengan baik. Perihal tidurpun tidak bisa melakukannya dengan bijak karena overthinking.

Kunci agar tidur dengan baik adalah dalam sehari berdamailah dengan diri sendiri. Jika tidak, maka pada malam hari jiwamu akan terus memberontak karena sang jiwa masih lapar.

Yang perlu kita ketahui adalah kita terlalu terpaku pada target-target standar yang ditetapkan oleh masyarakat. Misalnya di usia sekian harus sudah bekerja, berpendidikan, dan berkeluarga.

Target seperti itulah yang membuat kita menjadi cemas akan menghadapi masa depan. Yang jelas, kita harus mengetahui satu hal, ada beberapa hal yang menjadi kendali kita dan di luar kendali kita.

Ketika seiring bertambahnya usia, dan kita belum mencapai satu pencapaian yang ditetapkan oleh masyarakat ketahuilah hal itu adalah di luar kemampuan kita. Jadi untuk apa dipikirkan secara berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun