Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Usia Terus Bertambah tapi Belum Menjadi Apa-apa, Salahkah?

11 Mei 2021   07:10 Diperbarui: 12 Mei 2021   11:20 2044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bertambahnya usia (Sumber: Pexels.com/Pixabay)

Kita juga tidak bisa memenuhi standar kesuksesan yang ditetapkan oleh masyarakat. Karena setiap orang mempunyai proses yang berbeda, setiap orang mempunyai waktu untuk mencapai kesuksesan yang berbeda. Ada yang cepat ada juga yang lambat.

Kita tidak bisa memukul rata pada semua orang bahwa di usia sekian harus begini-begitu, jelas tidak bisa. Karena ada area Tuhan yang tidak bisa kita intervensi sama sekali.

Sangat keliru juga jika mengatakan pada usia sekian belum menjadi apa-apa maka masa depan akan suram, toh banyak orang sukses justru pada masa tua, misalnya bos KFC.

Ilustrasi overhinking. Via liputan6.com
Ilustrasi overhinking. Via liputan6.com
Kita seharusnya melakukan sesuatu yang ada dalam kendali diri kita. Memikirkan standar pencapaian yang ditetapkan oleh masyarakat hanya akan membuat kita menjadi tidak produktif saja.

Seharusnya kita memaksimalkan potensi yang ada pada diri kita untuk lebih produktif. Hal terpenting adalah kita berada di jalan yang benar dan tetap fokus, perihal waktu kapan kita akan sampai pada tujuan adalah itu soal lain.

Kita harus fokus dan tetap melangkah ke depan untuk mencapai tujuan hidup kita. Overthinking terhadap masa depan hanya mendatangkan kerugian pada kita, bahkan merusak kesehatan mental. 


Memikirkan sesuatu yang belum terjadi dan cemas hanya akan membuat kita menjadi stres. Hal ini terjadi karena otak sibuk memikirkan sesuatu secara berulang dan berlebihan.

Alhasil, sistem saraf pusat dalam tubuh akan mengirim sinyal ke kelenjar adrenal dan melepas hormon stres dalam jumlah banyak. Gejala stres yang timbul biasanya sakit kepala, dan tentunya menganggu konsentrasi.

Stres sendiri bisa menjadi efek domino, tidak sedikit orang yang menghadapi rasa stres dengan cara negatif. Misalnya melampiaskan rasa stres dengan minum alkohol bahkan narkoba.

Jadi bisa dibayangkan bukan, rasa cemas berlebihan, kemudian menimbulkan stres bahakan depresi. Dan dalam menghilangkan stres dengan cara negatif hanya membuat kita menjauh dari kesusksesan itu.

Untuk itu, dalam hal masa depa baik itu karir, pendidikan, dan jodoh. Usia tidak mesti menjadi patokan untuk mendapatkan itu semua. Rasa cemas berlebihan hanya membuat seseorang menyalahkan diri sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun