Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pilkada 2020: Upaya Membangun dan Mempertahankan Dinasti Politik

11 Desember 2020   07:19 Diperbarui: 16 Desember 2020   20:08 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lain hal nya di Kabupaten Bandung, Calon Bupati Kurnia Agustina merupakan istri dari Bupati saat ini yaitu Dadang Naser, sebelum Dadang Naser, ayah Kurnia Agustina yang tidak lain mertua dari Dadang Naser yaitu Obar Sobarna juga menjabat sebagai Bupati Kabupaten Bandung periode 2000-2005 dan 2005-2010. 

Dengan kata lain keluarga Kurnia Agustina sudah memimpin Kabupaten Bandung selama 20 tahun terakhir. Upaya mempertahankan dinasti politik tersebut kandas setelah Dadang Supriatna-Syahrul Gunawan menang telak dengan perolehan 56,42% suara. Runtuhnya dinasti yang sudah terbangun merupakan keinginan masyarakat akan perubahan, tidak selamanya pemerintahan yang dipimpin oleh dinasti politik bisa berjalan dengan baik.

Melemahnya Fungsi Partai Politik

Merebaknya dinasti politik terjadi karena melemahnya fungsi partai politik. Partai politik mempunyai peran untuk mengedukasi masyarakat terhadap fenomena politik saat ini, selain itu partai politik mempunyai fungsi mencetak kader unggul yang bisa menjadi pemimpin baik itu di internal parpol maupun di luar parpol.

Tidak terlaksananya fungsi tersebut mengakibatkan partai politik mengambil jalan pintas, yaitu merekrut calon pemimpin yang mempunyai hubungan kuat dengan penguasa sehingga mempunyai kans yang besar untuk memenangkan kontestasi politik. Dengan demikian partai politik bukan lah mencetak kader-kader unggul yang siap menjadi pemimpin, tetapi partai politik hanyalah mencetak kekuasaan semata.

Jika partai politik menjalakan fungsinya dengan baik, partai politik tentunya tidak akan kehabisan stok dalam percaturan pemilu, tetapi karena fungsi kaderisasi tidak baik maka partai politik tidak mempunyai calon pemimpin sehingga mengambil jalan pintas, yaitu merekrut orang yang mempunyai hubungan erat dengan penguasa, tidak heran karena partai politik juga mempunyai kepentingan tersendiri. Tetapi jangan sampai karena hal demikian, justru fungsi lain yaitu kaderisasi menjadi tersumbat.

Kesimpulan

Fenomena dinasti politik oleh sebagian orang dianggap hal biasa, hal ini didasarkan karena mengidolakan orangtua sebagai pemimpin. Misalnya jika ayahnya seorang pengusaha dan anaknya mengidolakan sang ayah, maka anak tersebut pasti akan menjadi pengusaha karena ingin menjadi seperti ayahnya. 

Contoh lain adalah Agus Harimurti Yudhoyono yang mengidolakan ayahya sendiri yaitu Susilo Bambang Yudhoyono yang merupakan TNI, maka karena ingin menjadi seperti ayahnya AHY masuk ke dalam TNI. Begitupun dalam hal politik, maka keinginan menyerupai sosok seperti ayah atau ibu menjadikan seseorang terjun ke dalam politik.

Menurut hemat penulis tidak demikan, dalam hal politik ada kekuasaan, dan kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang mutlak pasti korup, begitu kata Lord Ancon atau dalam bahasa Inggrisnya power tend to corrupt, and absolute power corrupts absolutely. Praktik politik dinasti rawan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, politik dinasti bak kerjaan kecil yang bisa saja dalam membuat kebijakan akan menguntungkan kerajaan tersebut sehingga praktek korupsi bisa saja terjadi. 

Hal ini terjadi karena melemahnya sistem pengawasan, padahal pengaawasan sangat penting dalam menciptakan pemerintahan yang baik. Selain itu, praktik dinasti politik justru bertentangan dengan konstitusi bangsa Indonesia sendiri sebagaimana tercantum dalam alinea ke IV UUD 1945 yang mementingkan kepentingan umum, pun demikian dalam batang tubuh seperti Pasal 33 yang seharusnya untuk kesejahteraan rakyat menjadi kesejahteraan golongan semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun