Mohon tunggu...
Dani Medionovianto
Dani Medionovianto Mohon Tunggu... Penyuluh Pertanian

Temennya Petani

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Membangun Sistem Perbenihan Kelapa: Strategi Menuju Ketahanan Benih Perkebunan Nasional

31 Juli 2025   17:00 Diperbarui: 31 Juli 2025   16:58 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu lokasi Kebun di BRMP Tanaman Palma (Foto: Dok. BRMP Tanaman Palma)

Kelapa telah menjadi bagian tak terpisahkan dari wajah pertanian Indonesia. Komoditas ini bukan hanya tumbuh subur di lahan-lahan tropis negeri ini, tapi juga tumbuh dalam sejarah dan kehidupan sosial masyarakat. Ia hadir sebagai sumber pangan, bahan baku industri, serta tumpuan hidup bagi jutaan petani. Sayangnya, di balik potensi besarnya, kelapa justru menghadapi tantangan serius: lemahnya sistem perbenihan nasional.

Selama ini, sebagian besar 8kelapa rakyat ditanam dari benih seadanya, bukan dari sumber benih unggul yang tersertifikasi. Akibatnya, produktivitas tanaman menjadi rendah, kualitas hasil panen menurun, dan ketahanan terhadap gangguan lingkungan pun lemah. Inilah yang menjadikan penguatan sistem perbenihan kelapa sebagai agenda strategis yang tak bisa ditunda.

Kebutuhan Benih Tinggi, Produksi Masih Rendah

Berdasarkan proyeksi nasional, Indonesia membutuhkan sekitar 10 juta butir benih kelapa setiap tahun. Sumber benih ideal terbagi antara varietas unggul nasional dan varietas unggul lokal, masing-masing diperkirakan mampu menyumbang 6 juta butir yang berasal dari  Varitas Unggul Nasional 3 juta butir dan Varietas Unggul Lokal 3 juta butir  (termasuk Blok Penghasil Tinggi (BPT) dan Pohon Induk Terpilih (PIT).  Namun, realitas di lapangan berkata lain.

Ketersediaan aktual benih bersertifikat yang dimiliki oleh Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) melalui BRMP Perkebunan dan BRMP Tanaman Palma baru sekitar 320.000 butir. Rinciannya terdiri atas kelapa dalam sebanyak 200.000--300.000 butir, kelapa genjah sekitar 60.000--80.000 butir, dan kelapa hibrida hanya 60.000 butir. Artinya, ada gap ketersediaan sekitar 60.000--80.000 butir, dan kelapa hibrida hanya 60.000 butir. Artinya, ada gap ketersediaan sekitar 3,68 juta butir. Celah ini kerap diisi oleh benih tak jelas asal-usulnya, yang pada akhirnya memperpanjang rantai permasalahan produksi kelapa nasional.

Perbenihan kelapa di BRMP Tanaman Palma - Sulawesi Utara (Foto: Dok. BRMP Tanaman Palma)
Perbenihan kelapa di BRMP Tanaman Palma - Sulawesi Utara (Foto: Dok. BRMP Tanaman Palma)

Bukan Sekadar Benih, tapi Sistem yang Perlu Dibenahi

Permasalahan benih kelapa sejatinya bukan sekadar soal jumlah. Ini adalah masalah sistemik yang kompleks. Ketersediaan sumber benih unggul masih terbatas secara lokasi dan legalitas, kebun induk dan kebun benih belum terkelola optimal, kapasitas penangkar rendah, dan distribusi benih kerap tidak sesuai kebutuhan wilayah. Sertifikasi mutu pun masih terbatas, ditambah belum adanya integrasi sistem pelaporan dan informasi secara nasional.

Situasi ini menuntut perombakan menyeluruh. Bukan hanya menyuplai benih, tapi membangun sistem perbenihan dari hulu ke hilir---dari kebun sumber benih hingga regulasi dan data nasional.

Langkah-Langkah Strategis Menuju Perubahan

Melalui BRMP, khususnya Pusat Perakitan dan Modernisasi Pertanian Perkebunan (BRMP Perkebunan) bersama Balai Perakitan dan Pengujian Tanaman Palma (BRMP Tanaman Palma), Kementerian Pertanian menyusun rancang bangun sistem perbenihan kelapa nasional secara terintegrasi. Strategi ini bertumpu pada lima arah kebijakan:

Pertama, dilakukan identifikasi dan validasi sumber benih melalui pemetaan lokasi serta penilaian legalitas dan potensi produksi, dengan tujuan memperluas dan memperkuat sumber benih unggul nasional.

Kedua, proyeksi kebutuhan dan rencana produksi benih disusun dengan melihat kebutuhan wilayah, target perluasan areal, dan kemampuan produksi aktual. Ini menjadi dasar pengurangan kesenjangan suplai benih.

Ketiga, kapasitas penangkar diperkuat melalui pelatihan, pendampingan teknis, dan penataan kelembagaan. Penangkar lokal diposisikan sebagai ujung tombak sistem perbenihan yang berdaya dan profesional.

Keempat, sistem distribusi dan sertifikasi diperkuat melalui penetapan zonasi wilayah, pengawasan mutu yang ketat melalui BRMP dan BPSB, serta pengembangan sistem pelaporan digital untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi.

Kelima, aspek kelembagaan dan regulasi disiapkan agar seluruh proses berjalan terarah. Ini termasuk pembentukan unit kerja khusus di daerah serta integrasi sistem data perbenihan kelapa secara nasional.

Salah satu lokasi Kebun di BRMP Tanaman Palma (Foto: Dok. BRMP Tanaman Palma)
Salah satu lokasi Kebun di BRMP Tanaman Palma (Foto: Dok. BRMP Tanaman Palma)

Potensi Infrastruktur di BRMP Tanaman Palma

Upaya membangun sistem perbenihan kelapa nasional ini juga didukung oleh infrastruktur lapangan yang dimiliki oleh BRMP Tanaman Palma. Terdapat empat lokasi IP2SIP (Inovasi Pertanian dan Perbenihan Sistem Integrasi Palma) dengan total luasan 185,47 Hektare, yaitu:

-  IP2SIP Mapanget
-  IP2SIP Kima Atas
-  IP2SIP Paniki
-  IP2SIP Kayuwatu

Di lokasi-lokasi tersebut, BRMP Tanaman Palma telah mengembangkan berbagai sumber benih unggul:

- Kelapa Dalam    :  32.5 Hektare
- Kelapa Genjah   :  20 Hektare

Keberadaan kebun-kebun sumber ini menjadi pondasi utama bagi penguatan produksi benih kelapa unggul nasional.

Benih sebagai Fondasi Kedaulatan

Rancang bangun sistem perbenihan kelapa ini bukan sekadar rencana teknis, tetapi juga peta jalan menuju kemandirian benih nasional. Jika dijalankan secara konsisten, Indonesia akan mampu memenuhi seluruh kebutuhan benih kelapa dari sumber dalam negeri. Penangkar lokal akan tumbuh sebagai mitra utama, distribusi benih menjadi lebih tertata, dan mutu benih akan terjaga dengan baik.

Lebih dari itu, sistem perbenihan yang kokoh akan menopang produktivitas dan daya saing kelapa rakyat Indonesia. Ia menjadi bagian dari transformasi perkebunan yang tidak hanya mengejar hasil, tapi juga menjamin keberlanjutan ekosistem pertanian.

Karena benih bukan hanya awal dari tumbuhnya tanaman, tetapi juga awal dari tumbuhnya harapan---bagi petani, bagi generasi penerus, dan bagi kedaulatan pangan bangsa.

Sumber: BRMP Tanaman Palma

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun