Mohon tunggu...
Dani Medionovianto
Dani Medionovianto Mohon Tunggu... Penyuluh Pertanian

Temennya Petani

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Yoyok Setiawan : Guru Olah Raga Yang Jatuh Hati Pada Sapi Jumbo

23 April 2025   20:55 Diperbarui: 23 April 2025   21:33 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rudi dan Sunaryo ayah dari Yoyok, didepan Kandang Bantuan Bank Indonesia. (Dok. Pribadi)

Oleh : Rudi Aksono, SP (Penyuluh Pertanian Ahli Madya, BRMP Penerapan Kementan)


Di sebuah desa kecil bernama Sausu Torono, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, ada kisah inspiratif dari seorang pemuda desa bernama Yoyok Setiawan. Ia bukan sarjana peternakan, bukan pula alumni fakultas pertanian. Ia adalah seorang sarjana pendidikan dan guru olahraga. Namun, siapa sangka, kesehariannya kini juga dipenuhi dengan aktivitas di kandang sapi, memberi pakan, mengelola pupuk organik, hingga mempromosikan sapi-sapinya lewat media sosial

Yoyok adalah anggota aktif Kelompok Tani Ternak Karya Bersama, sebuah kelompok ternak yang fokus pada penggemukan sapi jumbo, sapi-sapi hasil persilangan seperti Limousin, Simental, Brahman, bahkan Belgian Blue yang terkenal dengan postur tubuh besar. Ia bergabung sejak tahun 2015, tak lama setelah menyelesaikan kuliah. Menariknya, ia bergabung bukan karena disuruh oleh ayahnya, Sunaryo, yang juga Ketua Kelompok Tani tersebut, melainkan karena panggilan hati. Sejak kecil, Yoyok sudah terbiasa melihat dan merawat sapi. Dunia ternak sudah jadi bagian dari hidupnya.

Rudi dan Sunaryo ayah dari Yoyok, didepan Kandang Bantuan Bank Indonesia. (Dok. Pribadi)
Rudi dan Sunaryo ayah dari Yoyok, didepan Kandang Bantuan Bank Indonesia. (Dok. Pribadi)

Dari Limbah Jadi Berkah

Perjalanan kelompok ternak ini tidak lepas dari peran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah) sekarang bernama Balai Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) Sulawesi Tengah. Berawal dari program pembinaan pemanfaatan limbah ternak, kelompok ini diajari bagaimana mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik yang kini menjadi sumber pendapatan tambahan, sekaligus memenuhi kebutuhan petani hortikultura di sekitar desa tempat dia tinggal.

Tak hanya soal pupuk, BPTP juga memperkenalkan teknologi pakan seperti pembuatan silase, dan metode budidaya yang efisien. Yoyok belajar langsung dari para Peneliti, penyuluh, dari ayahnya, dan dari sesama anggota kelompok. Ilmu itu terus diasahnya, bahkan membawanya sampai ke pelatihan di Jawa Tengah dan Batam, termasuk belajar integrasi sapi dan tanaman, serta mengenal komunitas peternak skala nasional seperti APPSI (Asosiasi Peternak Penggemukan Sapi Indonesia).

Limbah Ternak yang diolah menjadi pupuk. (Dok. Pribadi)
Limbah Ternak yang diolah menjadi pupuk. (Dok. Pribadi)

Dari Kandang ke Dunia Digital

Berbekal semangat dan pengetahuan yang terus bertambah, Yoyok kini juga jadi motor penggerak kelompok. Ia aktif memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi dan komunikasi. Lewat platform digital, ia bisa terhubung dengan pembeli dari berbagai daerah, berbagi ilmu dengan peternak lain, dan memperluas pasar sapi-sapi jumbo milik kelompoknya.

"Saya anggap beternak itu seperti menabung," ujar Yoyok. "Saya tidak mikir harus untung sekian. Saya rawat saja dengan hati. Rezeki pasti sudah ada jalannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun