Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Teladan Mbah Sri dan Pentingnya Memaafkan

22 Mei 2020   23:16 Diperbarui: 22 Mei 2020   23:12 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa pentingkah arti memaafkan? Sebelum membahas hal tersebut, saya tertarik dengan film Ziarah yang sempat saya tonton beberapa waktu yang lalu.

Film Ziarah (2017) berkisah tentang seorang wanita bernama Mbah Sri (diperankan Ponco Sutiyem). Diceritakan , wanita berumur 95 tahun ini memiliki seorang suami bernama Prawiro. Mbah Sri berpisah dengan suaminya ketika terjadi Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta pada tahun 1948. Sang suami tidak pernah lagi pulang setelah perang tersebut usai.

Mbah Sri berniat mencari makam sang suami agar kelak ia bisa dimakamkan di sebelah orang yang dicintainya itu. Suatu ketika Mbah Sri bertemu dengan tentara veteran yang mengenal Prawiro. Sang veteran mengetahui lokasi ditembaknya Prawiro oleh Belanda. Berbekal informasi tersebut, Mbah Sri memulai perjalanannya mencari makam sang suami.

Perjalanan tersebut ternyata harus berujung pada sebuah fakta yang menyakitkan. Suaminya, Prawiro ternyata memiliki dua istri. Digambarkan pada film tersebut, Mbah Sri pingsan di sebuah makam. Mbah Sri akhirnya memaafkan dan mengikhlaskan peristiwa masa lalu yang dialaminya.

Tak mudah tentunya mengambil sikap seperti yang dilakukan Mbah Sri. Memaafkan tentu membutuhkan kebesaran hati. Namun seberat apa pun, memaafkan harus dilakukan. Kita perlu mengambil teladan yang dilakukan Mbah Sri, yang memiliki kebesaran hati untuk memaafkan masa lalunya.

Hari Idul Fitri sebentar lagi tiba. Momen ini biasanya ditandai dengan saling memaafkan, baik antara orang tua dan anak, antarteman sekolah, antarteman kerja, dan sebagainya. Tidak ada lagi rasa permusuhan atau dendam.

Saling memaafkan tak sekedar tradisi, namun memiliki banyak manfaat. Jika kita menyimpan dendam, efek negatif akan terjadi pada kita sendiri.

Menyimpan dendam akan menimbulkan perasaan tertekan atau stres. Kita dibuat tidak enak makan, tidak nyenyak tidur, yang akhirnya akan memengaruhi kesehatan kita. Tak jarang keadaan ini akan membuat kita mudah jatuh sakit.

Stres yang berebih karena menyimpan dendam,bisa mengakibatkan kita memiliki tekanan darah yang tinggi. Jika tidak segera diselesaikan, hal ini bisa menyebabkan penyakit yang berbahaya seperti serangan jantung dan stroke.

Dampak lainnya jika kita menyimpan dendam, hormon kortisol akan diproduksi secara berlebih. Produksi hormon ini secara berebih akan menekan hormon oksitosin, yang mengakibatkan emosi menjadi terganggu. Kita akan menjadi mudah marah.

Setiap manusia tidak pernah lepas dari segala kesalahan, disengaja maupun tidak. Di keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan kerja, bahkan media sosial, kita akan menemukan hal-hal yang bisa membuat kita merasa kesl atau sakit hati. Atau, bisa saja kitalah yang menyebabkan orang lain merasa kesal dan sakit hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun