Di era digital, TikTok menjadi salah satu platform hiburan paling populer, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Format video pendek yang adiktif membuat pengguna betah berjam-jam men-scroll layar tanpa disadari. Namun, sejumlah penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kebiasaan ini dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan emosional seseorang.
1. Kecemasan dan Gangguan Emosi
Penelitian dari PsyPost (2023) mengungkap bahwa kecanduan video pendek seperti TikTok dapat menyebabkan peningkatan aktivitas otak di area yang bertanggung jawab terhadap regulasi emosi dan pemrosesan hadiah. Aktivitas berlebihan ini turut menyebabkan perubahan struktural pada otak, seperti di area korteks orbitofrontal dan serebelum. Akibatnya, pengguna menjadi lebih mudah merasa gelisah, tidak stabil secara emosional, dan mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan.
2. Penurunan Konsentrasi dan Gangguan Memori
Sebuah studi yang dilakukan di Tiongkok terhadap lebih dari 3.000 siswa sekolah menengah menunjukkan adanya korelasi antara kecanduan TikTok dengan gangguan memori kerja (working memory). Kondisi ini diperantarai oleh gejala depresi, stres, dan kecemasan yang meningkat karena penggunaan aplikasi secara berlebihan (PMC8393543, 2021). Efek ini paling menonjol terjadi pada siswa laki-laki.
3. Perubahan Mood dan Perilaku Impulsif
Menurut jurnal lainnya (PMC11924099, 2023), orang yang memiliki kecenderungan depresi dan kecemasan sosial cenderung menggunakan TikTok sebagai pelarian. Namun, kebiasaan ini justru memperparah kondisi mereka, menyebabkan perilaku impulsif dan mood swing yang tak terkendali. Ketidakmampuan untuk mengelola tekanan emosional menjadi salah satu penyebab utama dari perilaku bermasalah setelah scroll TikTok dalam waktu lama.
4. Fenomena "TikTok Brain" dan Paparan Konten Negatif
Laporan dari Amnesty International (2023) menyebutkan bahwa pengguna TikTok yang menghabiskan waktu 5 hingga 6 jam di platform ini cenderung mendapatkan konten yang berisiko tinggi bagi kesehatan mental, termasuk konten seputar gangguan makan, depresi, hingga melukai diri sendiri. Kondisi ini memperkuat fenomena yang disebut "TikTok Brain," yaitu menurunnya rentang perhatian dan meningkatnya kebutuhan terhadap stimulasi cepat, membuat seseorang sulit menikmati aktivitas biasa yang tidak sesingkat konten TikTok.
Nah, jadi kesimpulannya adalah terlalu lama menggunakan TikTok bukan hanya sekadar membuang waktu, tapi juga dapat memicu efek psikologis yang serius seperti kecemasan, gangguan emosi, penurunan konsentrasi, hingga perubahan perilaku. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk menyadari batasan dalam penggunaan media sosial, menjaga keseimbangan digital, dan tidak segan mencari bantuan profesional jika mengalami gejala gangguan mental akibat kebiasaan ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI