Mohon tunggu...
Daniel Kurniawan
Daniel Kurniawan Mohon Tunggu... -

Trainer Optima Mindset Motivation

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurus Jitu Meredam DEBAT KUSIR

17 Juli 2010   03:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:48 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Joni, seorang direktur perusahaan swasta merasa kesal. Dalam rapat yang dilaksanakan pemilik perusahaan dan dihadiri seluruh karyawan. Dia merasa disudutkan. Sehingga suasana rapat sudah menjurus kepada sentimen pribadi. Terlebih yang mengakibatkan dia semakin merasa kesal dan jengkel. Pemilik perusahaan tidak melihat apa yang sudah dilakukan selamanya ini. Hanya melihat sebuah kesalahan kecil. Ibarat kata pepatah gajah di pelupuk mata tak tampak, kumbang di seberang lautan tampak.Lebih parahnya lagi hal ini bukan disampaikan kepadanya secara pribadi. Tetapi didepan anak buahnya. Harga dirinya direndahkan. Rapat yang tadinya diharapkan mencari solusi terhadap persoalan yang dihadapi perusahaan. Justru menjadi arena debat kusir antara dirinya dan pemilik perusahaan.

Persoalan yang dihadapi Joni adalah persoalan yang masih sering melanda perusahaan swasta. Rapat yang seharusnya menjadi sebuah alat untuk memecahkan setiap persoalan di lapangan. Sering menjadi sebuah arena saling lempar argumen. Tidak ada yang mau mengaku SALAH semua merasa BENAR.

Seharusnya dalam setiap rapat harus menghasilkan SOLUSI bukan menghasilkan problem baru. Sebuah rapat yang efisien dan efektif seharusnya memiliki sebuah OUTCOME . Outcome sendiri adalah alat yang dapat membuat kita merancang dan menjalankan hasil rapat di lapangan. Apa yang mau DIHASILKAN? Bagaimana cara MENJALANKANNYA?Dan apakah sudah sesuai dengan yang DIHARAPKAN? Bukannya kita fokus kepada mengapa hal ini terjadi? Terlampau banyak alasan yang harus kita cari.

Perceptual position juga sebagai sebuah pilihan untuk mengindari debat kusir. Didalam perceptual position ada tiga posisi. Yaitu posisi pertama (diri sendiri), posisi kedua (lawan bicara) dan posisi ketiga ( pengamat).

Sebagai contoh, bila kita terlibat dalam debat yang sengit dan tidak menemukan titik di mana kedua pihak bisa mencapai persetujuan, berarti diri kita berada pada posisi Pertama, di mana kita sadar sepenuhnya (menggunakan concious mind kita).

Sedangkan orang yang terlibat perdebatan kita dapat umpamakan sebagai posisi Kedua. Berbeda dengan sudut pandang orang pertama, jika kita berpikir hanya berdasarkan pengalaman diri sendiri, kita akan merasa selalu benar dan suka terlalu cepat mengambil kesimpulan. Ketika kita menempatkan diri pada posisi orang kedua, kita akan mengerti dan menghargai motif dibalik apa yang dilakukannya. Pengalaman menilai diri kita sendiri dari sudut pandang orang lain sangatlah berbeda dengan ketika kita menilai diri sendiri. Dengan sudut pandang ini, kita dapat mengetahui apa yang salah dan yang tidak begitu salah dari tindakan dan ucapan kita.

Bagi orang yang jarang sekali melihat dan mendengar dari sudut pandang orang lain, biasanya disebut sebagai orang yang egois yang suka mementingkan diri sendiri, kurang sopan, kurang menghargai kepentingan orang lain, atau orang yang pendapatnya selalu benar. Para pengusaha yang gagal menyukseskan produk barunya adalah pengusaha yang belum banyak mempertimbangkan pengalaman para pembelinya.

Posisi sudut pandang orang ketiga disebut juga sudut pandang sebagai observer atau sebagai evaluator. Dengan posisi ini Anda dapat mengevaluasi interaksi antara orang pertama dan orang kedua secara disasosiasi. Dengan sudut pandang ini, Anda cenderung menganalisa lebih obyektif dan non emosional sehingga Anda mendapatkan informasi yang tidak dimiliki oleh sudut pandang orang pertama dan kedua.

Latihan Perceptual Position


  • Pilihlah sebuah PERMASALAHAN yang sedang Anda hadapi dengan orang lain seperti dengan Atasan, Suami / istri ,anak, keluarga, atau mertua. Sebaiknya Anda tulis terlebih dahulu diatas sebuah kertas
  • Ambillah tiga buah kursi bila ada warna yang berbeda jauh lebih baik. Merah untuk kursi pertama, Hijau untuk kursi kedua dan Hitam untuk kursi ketiga
  • Tentukan Posisi yaitu Kursi Pertama untuk Anda Sendiri (Posisi Pertama), kursi kedua untuk Lawan Bicara ( atasan, boss, perusahaan, pasangan, anak, keluarga, mertua) siapa saja yang bermasalah dengan DIRI Anda dan Kursi Ketiga untuk seorang pengamat / observer yaitu orang yang netral tidak berpihak kepada posisi pertama dan kedua. Boleh direktur perusahaan Anda, konsumen, atau seorang konsultan
  • Ambil dan Lihat kertas masalah yang sudah anda tulis tadi. Duduklah di kursi Pertama(Posisi Pertama).Masuklah kepada permasalahan Anda. Rasakan Anda mengalami sekarang. Bila Anda sudah BENAR-BENAR merasakan secara penuh. Boleh Anda berdiri sambil menggerakkan badan ke kanan dan ke kiri.
  • Kemudian duduklah di kursi KEDUA. Anda masuk melalui sudut pandang lawan bicara anda yaitu atasan, perusahaan, pasangan atau mertua. Tergantung siapa lawan bicara yang Anda hadapi. Masuklah dan rasakan kembali peristiwanya. Lihat, dengarkan dan rasakan dari sudut pandang orang Kedua (lawan bicara). Bila perlu lakukan dengan gaya yang sama persis dari lawan bicara Anda. Baik itu kata-kata yang diucapkannya, intonasi, dan bahasa tubuhnya. Dapatkan sebuah perspektif baru dari sudut pandang orang Kedua ini. Setelah merasa cukup. Cobalah memainkan jari-jari tangan Anda.
  • Selanjutnya melangkah dan duduklah di kursi KETIGA. Disini Anda masuk sebagai seorang pengamat/observer. Dalam imajinasi,Anda cukup membayangkan orang di Posisi Pertama dan Kedua yang sedang berdebat. Dari sudut pandang yang netral tanpa memihak kepada keduanya. Jalan keluar apa yang dapat Anda berikan kepada mereka supaya permasalahannya dapat terselesaikan dengan baik.

Biasanya setelah kita melakukan pergantian posisi pertama, kedua dan ketiga, kita dapat mengambil sebuah keputusan yang jauh lebih baik. Selamat mencoba berlatih, berlatih dan berlatih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun