Mohon tunggu...
Daniel Kalis
Daniel Kalis Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Ingin meraih mimpi lewat untaian kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Persepsi: Pemercik Api Konflik

27 September 2020   12:57 Diperbarui: 27 September 2020   13:06 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: rapormerah.co)

Apa yang pertama melintas di benakmu setelah melihat gambar tersebut? Apakah sosok yang sering kamu temukan di lampu merah? Razia? Make up tebal? Kekerasan? Suka membantu? Solider? Marjinal? Atau mungkin yang lainnya.

Semua pikiran tentang sosok tersebut, entah itu positif atau negatif merupakan hasil dari persepsi. Kita mungkin sering mendengarkan bahkan menyebutkan kata ini. Namun, apakah kamu tahu definisi dari persepsi?

Gamble dalam Samovar (2014) menjelaskan bahwa persepsi adalah suatu proses seleksi, pengaturan, dan penginterpretasian data sensor dengan cara yang memungkinkan kita untuk mengerti dunia kita. Persepsi bisa juga diartikan proses di mana orang mengubah kejadian dan pengalaman eksternal menjadi pemahaman internal yang berarti.

Persepsi adalah inti dari komunikasi. Semua tindakan dan peristiwa komunikasi adalah hasil dari proses persepsi. Padahal, dalam hidup kita tidak mungkin tidak berkomunikasi. Jadi, persepsi ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan.

Masalah yang kemudian muncul adalah tiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Samovar (2014) mengatakan bahwa setidaknya ada tiga hal yang mempengaruhi persepsi yakni budaya, pengetahuan, dan pengalaman. Ketiga hal ini menyebabkan setiap orang memiliki persepsi yang beraneka ragam.

Mari kita kembali pada gambar di atas. Persepsi apa pun yang kita pikirkan tentang mereka adalah hasil dari pengalaman, pengetahuan, dan budaya yang kita lalui. Kita ambil contoh pengalaman, mungkin kamu pernah pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan dari mereka seperti dicemooh, dipukul, trauma, dan lain sebagainya. Sebaliknya, mungkin kamu juga pernah memiliki pengalaman menyenangkan seperti pernah ditolong saat motor kamu mogok.

Perbedaan pengalaman ini akan menghasilkan perbedaan persepsi. Persepsi yang berbeda akan menghasilan tindakan yang berbeda pula. Tindakan negatif dapat terjadi ketika orang tidak bisa mengendalikan diri atas persepsi yang berbeda. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat menyebabkan konflik yang luas dan berkepanjangan.

Sekarang, mari kita menarik garis lebih luas. Dalam skala nasional, ada banyak kasus yang menyerang persatuan dan kesatuan negeri ini terjadi karena perbedaan persepsi yang berujung pada isu mengenai SARA.  Konflik yang terjadi di Sampit, peristiwa 1998 terhadap etnis Tionghoa, dan peristiwa pembakaran Gereja di Surabaya beberapa waktu yang lalu merupakan sekelumit cerita mengenai mengerikannya perbedaan persepsi yang tidak dikelola dengan baik.

Sebenarnya perbedaan persepsi ini adalah hal yang sangat wajar. Namun, seperti yang telah disinggung di atas seringkali persepsi yang berbeda menimbulkan banyak konflik baru yang merebak ke mana-mana. Maka dari itu, penting bagi kita untuk membangun sikap toleransi dan menghargai persepsi orang lain. Tanpa kedua sikap ini, bukan tidak mungkin negeri kita tercinta ini suatu saat akan hancur dari dalam.

Ditambah lagi, Indonesia adalah negara yang kaya keberagaman. Potensi perpecahan menjadi sangat besar. Bagi kamu yang sering berinteraksi dengan masyarakat yang berbeda budaya, kehati-hatian menjadi hal yang mutlak harus kamu pahami. 

Tidak ada persepsi yang salah, yang ada hanya berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun