Mohon tunggu...
Jerremiah P
Jerremiah P Mohon Tunggu... Freelancer - Who am i?

Hanya sekedar mencoba, kalah atau menang adalah takdir yang tak terelakkan...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menghijaukan Ibu Kota Negara

4 Mei 2019   00:41 Diperbarui: 4 Mei 2019   00:47 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Wacana pemindahan Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia, sudah ada bahkan sejak negara ini mengawali dirinya sebagai bangsa merdeka. Pada kenyataannya, sampai pada era Susilo Bambang Yudhoyono, wacana hanyalah sebuah wacana, tidak ada tindakan nyata. Padahal, sederhananya pemindahan ibu kota negara bukanlah hal yang sulit, dan tidak memakan waktu cukup panjang, apalagi biaya. Cukup Presiden membuat Keputusan Presiden tentang ibu kota negara, disetujui DPR -- RI dan diumumkan. Jadilah, ibu kota negara sudah bukan DKI Jakarta lagi.

Bagaimana dengan pembangunan di ibu kota negara yang baru? Seharusnya bisa menyusul. Setidaknya untuk sementara waktu, Jakarta masih bisa digunakan sebagai pusat pemerintahan. Lebih lanjut, pada akhirnya kita tidak disibukkan dengan urusan yang sama dengan presiden yang berbeda.

Pertanyaannya, apakah pemindahan ibu kota negara berdampak baik bagi Jakarta? Sepertinya, hal itu tidak akan terjadi. Atau bahkan, pemindahan ibu kota kalaupun benar -- benar terjadi, Jakarta tidak akan berdampak sama sekali. Kecuali tentu saja kehormatan sebagai kota utama di Indonesia harus tercopot.

Kita semua tahu, bahwa Jakarta berada dalam ancaman besar. Kota yang penuh dengan sejarah itu akhirnya akan tenggelam suatu saat nanti. Apakah dengan ancaman seperti ini kita hendak memindahkan monas juga? Masjid Istiqlal? Atau apapun yang menjadi landmark ibu kota saat ini. Penurunan permukaan tanah Jakarta sekira 5 -- 12 Cm/tahun menurut catatan bappenas. Artinya, Jakarta akan tenggelam. Kecuali, kita bersiap untuk menyelamatkannya mulai saat ini.

Selanjutnya, alasan agar pembangunan merata tidak bisa diterima akal sehat kita. Seandainya, akhirnya Ibu Kota pindah ke Balikpapan, dan kota tersebut dibangun besar -- besaran apakah lima puluh atau tujuh puluh tahun kedepan kita akan dihadapkan dengan wacana serupa saat ini? Apakah pada akhirnya gelar Ibu Kota negara hanya akan menjadi piala bergilir untuk 34 provinsi demi alasan pembangunan merata? Jelas tidak! Lagipula daerah mana yang benar -- benar mau mendapatkan kehormatan sebagai Ibu Kota negara hanya untuk mendapatkan sebuah istana kepresidenan dikotanya?

Kemudian, benarkah pemerintah sungguh -- sungguh mengerti apa yang sedang hendak diselamatkan dalam wacana pemindahan ibu kota ini? Atau, kalua kita lebih mengerucut benarkah pemerintah menyadari apa masalah Jakarta sebenarnya saat ini?

Jakarta adalah kota impian semua masyarakat Indonesia (dulu dan hingga saat ini). Alih -- alih memindahkan ibu kota, kenapa kita tidak berpikir memindahkan mimpi itu saja? Satu -- satunya yang dibutuhkan adalah, keberanian pemerintah melakukan relokasi besar -- besaran. Tidak hanya menuju satu daerah, tapi merata ke seluruh daerah. Dengan demikian dengan satu kali dayung, dua tiga pulau bisa kita lalui.

Lalu, apa sebenarnya yang perlu di relokasi?


1. Pusat Hiburan

Pusat hiburan ada pada daftar paling atas usul saya untuk segera dipindahkan. Mungkin sebagian dari kita mengetahui bahwa bekerja menjadi entertainer adalah mimpi terbesar yang dimiliki sebagian besar kita. Buktinya setiap kali ada ajang pencarian bakat, tidak hanya ratusan atau ribuan. Jumlahnya mencapai ratusan ribu yang rela mengantri sehari penuh demi mendapat kesempatan.

Belum lagi kalua kita menyebut seberapa banyak orang yang datang ke Jakarta hanya untuk audisi sebuah peran dalam sinetron atau film. Akhirnya orang -- orang itu menjadi figuran kelas teri, dan fatalnya sebagian besar berakhir buruk hanya sekedar figuran sampai masa tua mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun