Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Roy Suryo dan Video Penganiayaan Orang Papua

22 Oktober 2010   17:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:11 2966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Sewaktu membaca hasil penelitian "ilmiah" dari Roy Suryo yang sering ditulis media sebagai pakar telematika (terkemuka di Indonesia?), tentang video yang mempertunjukkan penganiayaan terhadap orang-orang Papua oleh beberapa orang yang diduga anggota TNI, saya merasa ada yang janggal.

Dalam berita yang disiarkan oleh Kantor Berita Antara ( www.antaranews.com ) edisi Rabu, 20 Oktober 2010 itu Roy Suryo yang juga anggota Komisi I DPR (membidangi Pertahanan, Luar Negeri, dan Informasi) mengatakan bahwa kebenaran isi tayangan dalam video tersebut sangat, sangat meragukan. Dia mengakui bahwa dia telah melakukan penelitian dengan kaidah-kaidah yang ilmiah, --tentu saja keilmiahannya berdasarkan kepakarannya di bidang telematika itu -- hasilnya bahwa kebenarannya sangat meragukan, karena antara lain: -      Dialog yang terjadi sangat tidak sesuai, dan -      Tanda kepangkatan yang letaknya tidak sesuai dengan yang seharusnya. Entah wartawan Antara yang mengutipnya tidak lengkap, atau bagaimana, Roy Suryo tidak menjelaskan apa yang dia maksudkan dengan dialog yang tidak sesuai, dan menurut dia, yang sesuai itu  seharusnya bagaimana. Demikian pula dengan tentang letak kepangkatannya yang katanya tidak sesuai. Menurutnya, yang sesuai itu seharusnya bagaimana. Tidak dia jelaskan. Roy juga mengatakan bahwa dari hasil temuan ilmiahnya itu dari tayangan video dengan durasi hanya 4 menit 47 detik itu dia menemukan banyak sekali hal yang meragukan. Sehingga dengan yakin dia menyimpulkan bahwa kebenarnnya sangat patut dipertanyakan. Hebat benar Roy, dan bodoh benar orang yang membuat video "rekayasa" tersebut. Karena dengan kehebatan Roy tersebut dia bisa menemukan banyak sekali hal yang meragukan di hanya durasi 4 menit 47 detik tayangan video tersebut. "Setelah saya perhatikan dan saya unggah terdapat banyak hal yang meragukan dari video yang sempat beredar di Youtube. Oleh karena itu kebenarannya sangat diragukan," katanya. Tetapi kenapa dari "banyak sekali" itu dia hanya mengungkap dua? Maksudnya "banyak sekali" itu sebenarnya berapa? Tapi "untunglah" Roy Suryo hanya mengungkapkan dua hal yang meragukannya berdasarkan penelitian ilmiah kepakaran telematikanya itu. Sebab kalau lebih dari itu justru akan membuat orang, seperti saya ini, malah semakin meragukan kepakarannya di bidang telematika tersebut. Menyebutkan dua hal di atas itu saja, sudah membuat saya meragukan kepakarannya. Karena entah dasar penelitian ilmiah apa yang dipakai Roy hanya untuk mendapat dua hal keraguan tersebut di atas, yang ternyata begitu sederhana dan sama sekali tidak menunjukkan dan tidak bernuansa hal yang berkaitan dengan suatu keahlian di bidang telematika. Dua hal tersebut seharusnya bukan datang dari seorang pakar seperti Roy. Cukup orang awam, yang sedikit saja mengenal tanda kepangkatan di seragam TNI, bisa membuat pernyataan yang sama. Sedikitpun tidak memerlukan suatu keahlian, apalagi keahlian telematika. Apabila memang benar ada yang janggal di tanda kepangkatan tersebut. Sedangkan mengenai dialog yang tidak sesuai, saya tidak bisa banyak komentar di sini. Karena tidak jelas, apa yang dia maksudkan dengan dialog yang tidak sesuai itu. Namun tetap saja dapat dikatakan bahwa pernyataan ini pun sama sekali tidak menunjukkan kepakaran di bidang telematika. Hasil penelitian tersebut lebih tepat datang dari pakar militer, bukan dari seorang pakar Telematika. Pakar Telematika yang sejati seharusnya membuat penelitian dengan hasil yang berkaitan dengan teknologi pembuatan suatu video, sehingga bisa diduga, atau disimpulkan bahwa apakah suatu video tersebut hasil rekayasa ataukah bukan. Seperti pernah dijelaskan oleh pakar Teknik Informatika ITS Surabaya Yudhi Purwananto S. Kom, ketika menjelaskan tentang teknik mengetahui rekayasa tidaknya sebuah video, di bulan Juni 2010 lalu ketika diminta pendapatnya tentang video porno Ariel - Luna Maya - Cut Tari. Katanya waktu itu, di setiap satu frame video dalam satu detik itu ada 30-an gambar, apalagi jika lebih dari satu detik. Sehingga puluhan gambar itu tinggal dicocokkan satu sama lain. Kalau ada yang tidak cocok, maka dapat dipastikan itu suatu hasil rekayasa ..." Itu baru namanya penjelasan ilmiah sesuai dengan kepakarannya. Penjelasan Roy Suryo sebagaimana disebutkan di atas sama sekali tidak menunjukkan kepakarannya. Karena orang awam pun bisa bicara begitu. Sehingga tak heran, kalau kesimpulannya ternyata meleset jauh sekali dari fakta sebenarnya. Selain itu, saya juga bertanya-tanya dalam hati ketika membaca pernyataan Roy itu. Bukankah yang menyiarkan video tersebut adalah Asian Human Rights Commission (AHRC), yang menurut mereka lokasi kejadiannya di Tingginambut, Puncak Jaya, Papua, pada Oktober 2010? Aapakah sedemikian bodohnya orang-orang di AHRC itu, setidaknya tidak sepintar Roy Suryo, sehingga tidak  mengetahui kalau video tersebut adalah hasil rekayasa, atau sangat patut diragukan kebenarannya? Kalau AHRC ragu, atau tahu bahwa itu video hasil rekayasa tentu mereka tidak akan berani menyiarkannya begitu saja. Apalagi ternyata sedemikian mudahnya ditemukan "kejanggalannya," seperti yang ditemukan oleh Roy. Apakah AHRC sebodoh itu mempertaruhkan kredibilitasnya dengan menyiarkan video itu? Itulah yang saya maksudkan bahwa ketika membaca berita tentang penelitian Roy dan kesimpulannya tentang video penyiksaan orang-orang Papua oleh orang-orang yang diduga anggota TNI tersebut, sayamerasa janggal. Ternyata benar sekali. Pihak Pemerintah RI, dalam hal ini Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, hari Jumat, 22 Oktober 2010, telah memberikan pernyataan resmi pemerintah yang membenarkan keaslian video tersebut. Bahwa benar ada beberapa  anggota TNI yang telah melakukan penganiayaan di luar batas terhadap beberapa warga Papua seperti yang dilihat di video tersebut. "Kejadian itu benar, pelakunya anggota militer memang benar. Ada tindakan prajurit di lapangan yang berlebihan ..." demikian antara lain bunyi siaran pers Djoko Suyanto. Oh, betapa malunya, seandainya saya menjadi Roy Suryo dengan fakta ini! Apakah Roy Suryo merasa malu? Ataukah kali ini akan ada jurus ngeles yang akan dipertunjukkan oleh sang pakar Telematika ini? Pertanyaan lain, apakah benar Roy telah melakukan penelitian ilmiah tersebut? Kalau benar, sekarang dia harus menjelaskan kepada publik metode penelitiannya tersebut, dan kenapa bisa meleset sangat jauh seperti ini? Kemungkinan lain, Roy sama sekali tidak melakukan penelitian apapun, pernyataannya itu hanya berdasarkan perasaannya saja. Tapi, kenapa dia sedemikian berani membuat kesimpulan itu? Menurut saya, kemungkinan karena dia sebelumnya yakin bahwa pihak TNI akan membantah kebenaran tayangan dalam video tersebut. Bahwa tidak benar yang melakukan penyiksaan  terhadap orang-orang Papua itu adalah anggota TNI -- seperti yang beberapakali terjadi dalam beberapa kasus lain yang serupa. Roy yakin TNI akan membuat pernyataan membantah, sehingga bantahan TNI itu akan cocok dengan hasil "penelitian ilmiah"-nya. Dengan demikian semakin terkenal, dan semakin membuat publik kagum dengan kepakarannya itu. Ternyata,  dia kecele berat. Yang terjadi sebaliknya. Pernyataannya itu telah menjadi bumerang baginya. Rupanya "sang pakar" belum kapok-kapok juga dengan pernyataannya berkaitan dengan kepakarannya itu. Sebelumnya pernah muncul kontroversial soal hasil penelitiannya yang lain, yakni yang berkaitan dengan video porno Ariel dengan Luna Maya. Pihak Luna Maya mengatakan bahwa Roy pernah mengirim SMS kepada Luna Maya, yang isinya mengajak untuk membuat rekonstruksi atau rekayasa kisah sedemikian rupa, yang bermuara pada kesimpulan ilmiah yang akan dikeluarkan Roy bahwa video tersebut palsu. Tapi karena ajakannya itu tidak direspon positif pihak Luna Maya, dikabarkan Roy Suryo gusar, lalu membuat pernyataan sebaliknya bahwa video porno tersebut seratus persen asli. Selain itu ada juga kasus tindakan Roy yang dinilai berlebihan sekali, ketika dia entah dengan dasar pemikiran apa (apakah karena kecemburuan profesi?), pada Januari 2010 lalu, mengadu Ruby Alamsyah, seorang ahli forensik IT, ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) , dengan alasan Ruby di tayangan Metro TV telah membeberkan modus pembobolan ATM. Padahal yang dilakukan Ruby Alamsyah waktu itu adalah sangat positif, menjelaskan kepada publik bagaimana teknik-teknik yang dilakukan penjahat pembobol ATM, sehingga dengan mengetahuinya masyarakat akan bisa jauh lebih waspada. Kita masih ingat, pengaduan Roy Suryo kepada Ruby ini pun malah menjadi bumerang baginya. Bukannya dukungan yang dia dapat, justru kecaman demi kecaman terhadap dirinya. Pihak Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pun menolak argumen pengaduan Roy, dan mendukung sepenuhnya apa yang dibeberkan Ruby Alamsyah di Metro TV itu. "Kalau saya lihat, itu baik dilakukan untuk edukasi, agar masyarakat mendapatkan banyak informasi dan tidak menjadi korban," kata Kepala Divisi Pengaduan dan Hukum YLKI Sularsi kepada detik.com (25/01/2010). Beberapa kejadian ini rupanya belum membuat kapok Roy Suryo. Kali ini dia mencoba lagi dalam kasus video "orang Papua dianiaya anggota TNI". Ternyata gagal lagi. Apakah dia akan mencoba lagi dalam kasus lain berikutnya? Kita tunggu.*** Gambar dari: www.kapanlagi.com http://www.antaranews.com/berita/1287529058/roy-suryo-video-kekerasan-tni-meragukan http://nasional.kompas.com/read/2010/10/22/12300128/TNI.Akui.Kebenaran.Video.Papua-8 http://hankam.kompasiana.com/2010/10/19/siksaan-biadab-terhadap-orang-orang-papua-itu-bisa-jadi-memang-dilakukan-anggota-tni/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun