Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ketika "Musang" Anas Melepaskan Jubah "Domba-nya"

29 Maret 2014   15:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:19 1799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="391" caption="Ilustrasi (sumber:beritadewan.com)"][/caption]

Setelah ditetapkan sebagai tersangka korupsi proyek Hambalang, dan beberapa kasus korupsi lainnya, ditahan, -- kemudian juga ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana pencucian uang oleh KPK, Anas pun baru mulai bernyanyi mengenai, menurutnya, keluarga Cikeas (SBY) pun terlibat dalam kasus korupsi itu.

Nama Ibas disebut-sebut Anas, menerima 200.000 dollar AS dari proyek Hambalang, kesaksian selengkapnya tentang Ibas menerima dana itu, katanya, akan disampaikan kepada penyidik KPK minggu depan (Kompas.com), Anas juga mengatakan bahwa mobil Harrier-nya yang diduga sebagai bagian dari gratifikasi, uang pembeliannya diberikan langsung oleh SBY kepada Anas di Cikeas. Itu adalah hadiah dari SBY kepada Anas sebagai tanda terima kasih atas jasa Anas memenangkan Partai Demokrat dan SBY dalam Pileg 2009 dan Pilpres 2009 (Suarapembaruan.com). Anas juga bersaksi, banyak penyumbang dana kampanye SBY dalam pilpres 2009 adalah fiktif, dan patut diduga sebagian berasal dari dana Bank Century.

"Ada sebagian data penyumbang yang sesungguhnya enggak menyumbang. Hanya dipakai namanya saja," kata Anas setelah diperiksa di gedung KPK, Jumat, 21 Maret 2014. Menurut Anas, total dana kampanye SBY saat itu Rp 232 miliar. Para penyumbang berasal dari perorangan dan korporasi. Banyak di antaranya fiktif (Tempo.co).

"Makanya, saya sampaikan data awalnya kepada KPK," ujarnya. Bila nama-nama penyumbangnya hanya catutan, kata Anas, berarti ada sumber dana yang sebenarnya. Bisa jadi ada kaitannya dengan kasus Bank Century.

Melalui pengacaranya, Anas juga mengatakan, dia pernah ditugaskan Presiden SBY mengamankan kasus dana talangan Century pada 2009. Selaku Ketua Fraksi Demokrat di DPR, Anas mengaku diminta mencegah agar Panitia Khusus Century tidak mengarah ke SBY, baik secara hukum maupun politik (Tempo.co).

Patut bersimpatikkah kita kepada Anas Urbaningrum atas semua kesaksiannya dalam membeberkan dugaan keterlibatan SBY dan anaknya itu dalam kasus-kasus korupsi itu? Patutkah kita memberi apresiasi kepada Anas atas tindakan “beraninya” itu?

Benar atau tidaknya kesaksian dan pernyataan Anas itu, nanti KPK-lah yang menyimpulkan dan memutuskan dari hasil penyidikan yang dilakukannya. Tetapi, jawaban dari pertanyaan di atas sudah pasti adalah “tidak!”.

Anas tidak patut diberi simpatik, apalagi apresiasi dari kesaksiannya yang menyebut-nyebut nama Ibas dan SBY itu.

Seandainya saja semua kesaksiannya itu benar, bahwa ternyata Ibas pun menerima dana, bahwa SBY pernah memberi uang gratifikasi kepadanya untuk membeli Harrier, dan yang paling penting dan menghebohkan adalah bahwa ternyata ada nama-nama penyumbang fiktif di dana kampanye pilpres 2009 SBY sebagai sumber dana. Sumber dana sebenarnya berasal dari dana Bank Century! Simpatik dan apresiasi apa pun tak layak diterima Anas.

Sebab, jika memang apa yang dibeberkan Anas itu semua benar, berarti pula sejak tindakan-tindakan manipulasi dan korupsi itu terjadi (sejak 2009)  Anas yang sudah mengetahui lama semua kejahatan itu  dengan sengaja menyembunyikan fakta-fakta itu, karena dia turut terlibat di dalamnya, turut menikmati dan diuntungkan dari kejahatan-kejahatan itu.

Sejak selama kasus-kasus itu belum terungkap sampai dengan ketika dia ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan KPK, Anas selalu menyangkal adanya korupsi di proyek Hambalang, menyangkal ada unsur gratifikasi di mobil Harrier yang dimilikinya, dan membantah adanya dana Bank Century yang mengalir ke kubu SBY. Sebagian besar tudingan itu berasal dari mantan Bendaraha Umum Partai Demokrat, Mohammad Nazaruddin.

Dalam kurun waktu itu, ketika ditanya wartawan, Anas selalu mengatakan semua tudingan Nazaruddin itu hanyalah mimpi, dongeng, ilusi, dan halusinasi Nazaruddin belaka. Bahkan dengan beraninya dia menekankan “Jika ada Rp 1 saja  Anas  terbukti korupsi di Hambalang, gantung Anas di Monas.!”

Anas juga sempat menyarankan KPK agar menghentikan saja penyidikan mereka dalam kasus-kasus itu karena sebenarnya memang tidak ada korupsi di sana. Berarti selama dia bisa turut menikmati hasil kejahatan yang kemudian dibeberkan itu, Anas akan tutup mulut rapat-rapat, dan berupaya sekuat tenaga untuk membuat KPK untuk percaya kepadanya, untuk tidak lagi melakukan pengusutan lebih lanjut.

Tetapi, setelah KPK tetap saja melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus-kasus  itu, dan kemudian menemukan memang ada korupsi di sana, menemukan beberapa tersangkanya, termasuk Anas Urbaningrum, barulah Anas tak berdaya, lalu bercuap-cuap menyebut-nyebut nama Ibas, dan SBY itu.

Seandainya saja korupsi Hambalang tidak ditemukan KPK, dan dia tidak dijadikan tersangka oleh KPK, pasti sampai saat ini  Anas masih menutup mulutnya rapat-rapat, terus menikmati uang hasil kejahatan itu bersama-sama dengan SBY dan Ibas, yang kini dituduh ikut terlibat itu.

Jadi, semua pengakuan dan kesaksian Anas itu sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia orang baik. Sebaliknya, tindakan-tindakannya itunya mengekspresikan dirinya yang kelihatan alim, santun, ternyata adalah koruptor kakap juga. Peribahasa “seperti musang berbulu domba” sangat tepat disandang kepadanya.

Sebelum ditahan KPK, ketika hubungannya dengan SBY masih baik-baik saja, musang bernama Anas itu terus mengenakan jubah dombanya serapih mungkin. Semua orang pun terpedaya melihat domba yang begitu putih bersih, alim, santun dalam bertutur kata, pintar, dan sebagainya, sampai-sampai ada yang punya pemikiran untuk menjadikannya sebagai salah satu calon presiden di negeri ini. Tetapi, setelah ditahan KPK, si musang itu tidak mau dikurung sendiri di dalam kerangkeng, maka ditanggalkanlah jubah dombanya, memperlihatkan jati diri aslinya sebagai musang. Dan, sekarang inilah yang kita lihat  sosok sebenarnya. ***

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun