Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

La Nyalla Vs Prabowo: Hal-hal Menarik yang Perlu Dibahas

15 Januari 2018   18:35 Diperbarui: 15 Januari 2018   19:24 2490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbeda dengan La Nyalla yang mengaku tidak punya bukti atas tuduhannya itu, pengusaha Tubagus Daniel Hidayat yang merupakan Bendahara La Nyalla mengaku bahwa terkait pilkada serentak 2018 di Jawa Timur, oknum elit Gerindra berinisial M, dengan mengatasnamakan Prabowo terus-menerus meminta uang dan barang kepada La Nyalla melalui dirinya. Permintaan-permintaan itu dilakukan melalui komunikasi  WA (WhatsApp) pesan tertulis, maupun telepon, yang diminta mulai dari penyejuk udara (AC), biaya membangun dojo, mobil mewah Rubicon, sampai uang berjumlah hingga ratusan miliar. Menurut Daniel, di antara permintaan-permintaan tersebut ia punya bukti rekamannya (detik.com).

Jangan-jangan Memang Sejak Semula La Nyalla Tidak Akan Dicalonkan?

Pernyataan La Nyalla Mattalitti yang secara langsung menyerang Prabowo Subianto itu tentu saja membuat kubu Gerindra tidak terima. Mereka pun segera membantahkan melalui berbagai cara dan media. Bahkan katanya, akan menempuh jalur hukum, karena menganggap apa yang dituduhkan La Nyalla kepada Prabowo itu merupakan fitnah.

Saya meragukan Gerindra akan benar-benar menempuh jalur hukum dengan melaporkan La Nyalla ke polisi dengan tuduhan melakukan fitnah, karena langkah tersebut hanya akan membuang banyak enerji dan waktu, yang akan semakin memanaskan hubungan kedua belah pihak, dan kontraproduktif, karena bisa jadi justru akan memunculkan tuduhan-tuduhan baru disertai bukti terhadap Gerindra/Prabowo dari kubu La Nyalla yang diduga mengetahui banyak rahasia politik Prabowo.

La Nyalla disebutkan gagal dicalonkan sebagai gubernur Jawa Timur dikarenakan ia tak bisa mendapatkan mitra koalisi (terutama PAN dan PKS) supaya tercukupi batas minimal jumlah kursi gabungan parpol pengusungnya di DPRD Jawa Timur, Prabowo tidak pernah meminta mahar politik kepada siapapun bakal calon kepala daerah dari Gerindra, Prabowo selalu mengedepankan rekam jejak, prestasi, dan elektabilitas yang bersangkutan.

Bila alasannya, La Nyalla gagal mendapat mitra koalisi, maka sesungguhnya kesalahan tersebut bukan hanya dapat ditimpakan kepada La Nyalla, sebab bukankah juga menjadi tugas Gerindra sendiri untuk melakukan lobi-lobi politik untuk keperluan tersebut, bahkan jika dibandingkan dengan La Nyalla seorang, tentu Gerindra sebagai sebuah partai politik dengan pengaruh Prabowo seharusnya lebih bisa mempunyai power untuk keperluan itu.


Faktanya, akhirnya memang Gerindra  bergabung dengan PDIP bersama PKB dan PKS untuk mengusung pasangan calon  Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarnoputri.

Dilihat dari proses penentuan pilihan pasangan calon tersebut, kelihatannya sejak semula Gerindra tidak sreg dengan La Nyalla Mattalitti, kemungkinan besar karena ia bukan tokoh paling populer di Jawa Timur, dan elektabilitasnya pun tergolong rendah.

Pertanyaannya adalah jika dugaan itu benar,  kenapa Prabowo Subianto tetap saja bersikeras agar La Nyalla menyetor uang Rp 48 miliar itu sebelum tanggal 20 Desember 2017, dan menolak permintaan La Nyalla agar penyetoran uang itu baru akan dia lakukan jika Gerindra sudah secara resmi mendaftarkan dirinya sebagai calon gubernur di KPU Jawa Timur? Jangan-jangan memang, setelah La Nyalla setor, Gerindra tidak akan mencalonkan dia, dengan alasan tidak mendapat mitra koalisi, sedangkan uangnya tidak akan dikembalikan?

Mahar Politik, Antara Ada dan Tiada

Mahar politik di setiap pemilu nyaris selalu ada, tetapi memang sulit dibuktikan. Antara ada dan tiada. Hal itu bahkan dinyatakan sendiri oleh Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi. Dia mengatakan, mahar politik memang lazim terjadi, melanggar Undang Undang,  dan mencederai nilai-nilai demokrasi. Karena pencalonan bukan lagi berdasarkan kemampuan dan integritas seseorang, tetapi seberapa banyak uang yang bisa dia setor, dan seberapa banyak keuntungan yang bisa diberikan kepada parpol pengusung. Namun demikian, untuk membuktikannya memang sulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun