Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama FEATURED

Sejarah Sumpah Pemuda dan Peran Warga Keturunan Tionghoa

1 November 2017   23:50 Diperbarui: 28 Oktober 2020   19:59 12128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Sumpah Pemuda, di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta Pusat. Dahulu adalah rumah kos milik Sie Kong Liong, yang digunakan sebagai tempat diselenggarakan Kongres Pemuda II, pada 28 Oktober 1928, yang melahirkan Sumpah Pemuda (Tempo.co)

Teks Sumpah Pemuda juga berasal dari ide Muhammad Yamin. Saat Kongres hari kedua sedang berjalan, Yamin menulis teks Sumpah Pemuda itu di secarik kertas, menyodorkan ke pimpinan Kongres, Soegondo Djojopuspito, yang lalu membacakannya untuk didengar oleh semua peserta Kongres.

Teks itu pun mendapat sambutan meriah dari semua peserta, kemudian disepakati menjadi "Poetoesan Congres Pemoeda-Pemoeda Indonesia", yang kemudian dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.

Sejak 1927, rumah itu diberi nama "Indonesische Clubhuis", atau "Clubgebouw" (Gedung Pertemuan Indonesia), diberi nama demikian karena ketika itu rumah itu sering digunakan oleh berbagai organisasi kepemudaan untuk melakukan pertemuan-pertemuan guna membicarakan rencana-rencana pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Pemuda Soekarno (Bung Karno) termasuk yang sering datang ke rumah tersebut untuk berdiskusi dengan para pemuda lainnya membicarakan tentang format perjuangan yang paling efektif. Sie Kong Lian sebagai pemilik rumah juga kerap berdiskusi dengan Bung Karno dan Muhammad Yamin tentang konsep-konsep kemerdekaan Indonesia.

Dalam suatu pertemuan, pada 15 Agustus 1928, para pemuda itu bersepakat untuk mengadakan Kongres Pemuda Indonesia yang kedua, pada 27-28 Oktober 1928, di rumah Sie Kong Lian. Pada kesempatan itu terpilih Soegondo Djojopuspito, Ketua Perhimpunan Pemuda Indonesia (PPPI) sebagai Ketua Kongresnya.

Jika pada Kongres Pemuda Pertama (Jakarta, 30 April -- 2 Mei 1926) telah berhasil menyelesaikan masalah-masalah perbedaan kedaerahan menjadi persatuan Indonesia, maka diharapkan pada kongres yang kedua akan dicapai hasil yang lebih penting lagi, dan harapan itu pun terkabul, dengan lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, yang sampai kini menjadi salah satu perekat utama bangsa Indonesia yang sangat pluralis itu.

Rumah Sie Kong Liong, digunakan pada hari kedua atau hari penutupan Kongres, 28 Oktober 1928. Sebelumnya di hari pertamanya, 27 Oktober, acara dilangsungkan di Kompleks Gereja Katedral, Jakarta, di ruangan milik Katholieke Jongenlingen Bond (Perkumpulan Pemuda Katolik), tetapi karena tanggal 28 Oktober 1928 adalah hari Minggu, agar tidak mengganggu misa di Gereja Katedral itu, para pemuda memutuskan memindahkan lokasi acara ke tempat lain.

Pada hari kedua kongres, pertama kali lokasi acara yang dipilih adalah di gedung Oost Java Bioskop, tetapi karena banyaknya peserta, mengakibat ruang bioskop itu tak cukup menampung seluruh peserta, sehingga banyak yang berdiri. Dari situ, dilanjutkan di rumah milik Sie Kong Liong itu, dari siang sampai malam, sampai Kongres selesai.

Naskah asli Sumpah Pemuda (sumber:informazone.com)
Naskah asli Sumpah Pemuda (sumber:informazone.com)
Sebelum Kongres ditutup, seorang pemuda bernama Wage Rudolf Soepratman (WR Soepratman) memainkan sebuah lagu ciptaannya yang ketika itu masih diberi judul "Indonesia" saja. Karena pertimbangan situasi keamanan ketika itu, lagu itu hanya dimainkan secara instrumental dengan biolanya. Permainan biola lagu kebangsaan itu memukau peserta Kongres.

Dua minggu setelah kongres, atau pada 10 November 1928, koran Tionghoa berbahasa Melayu, "Sin Po" untuk pertama kalinya memuat naskah lagu "Indonesia Raya" dengan judul "Indonesia" lengkap dengan partitur (notasi musik/notasi balok) yang ditulis oleh WR Supratman. Dimuatnya naskah lagu tersebut di Sin Po, membuat lagu itu menjadi semakin terkenal di antara para pemuda penggerak kemerdekaan Indonesia. Setiap ada kongres, pertemuan, dibuka dengan lagu tersebut yang dinyanyikan oleh para pesertanya.

Koran Tionghoa berbahasa Melayu, Sin Po, edisi 10 November 1928 menjadi yang pertama kali menyebarluaskan lagu kebangsaan
Koran Tionghoa berbahasa Melayu, Sin Po, edisi 10 November 1928 menjadi yang pertama kali menyebarluaskan lagu kebangsaan
Di naskah lagu yang dimuat di Sin Po itu, ada catatan tulisan tangan WR Soepratman: Djangan terlaloe tjepat. Dan di bawahnya: Rantjangan dari salah-satoe lagoe kebangsaan Indonesia jang telah dinjanjikan dalem Rapat dari pemoeda-pemoeda Indonesia, tanggal 28 October .. di Indonesisch Clubgebouw di Kramat (Weltevreden).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun