Maksudnya tentu, karena ia bukan warga Jakarta, maka ia tidak bisa berbuat banyak agar warga Jakarta menolak Ahok.
Tetapi, sebagaimana karakternya yang sudah lama kita kenal, yakni antara kata dan perbuatannya sering berubah-ubah, meskipun bukan warga Jakarta Amien Rais, dan kursi PAN hanya dua biji di DPRD DKI Jakarta (terkecil), Amien Rais terus bersemangat di berbagai kesempatan memprovokasi, membakar emosi warga Jakarta agar tidak memilih Ahok.
Seperti saat menjadi khatib di sebuah masjid di Jakarta, saat hari raya Idul Adha, 12 September 2016, Amien Rais lagi-lagi menyerukan kepada warga Jakarta agar jangan memilih Ahok di pilgub DKI 2016, sebab Ahok itu pimpinan yang membenci orang miskin, mengabdi kepada pemodal, tukang gusur, dan seterusnya.
Saking bersemangatnya Amien Rais mendorong warga DKI Jakarta tidak memilih Ahok, ia bertekad atas nama PAN yang hanya punya dua kursi di DPRD DKI itu akan mendirikan 8.000 pos penolakan terhadap Ahok di seluruh DKI Jakarta.
Tidak hanya itu, ia pun mengancam Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan agar jangan coba-coba mengdeklarasikan PAN mendukung Ahok, sebab jika sampai itu dilakukan Zulkifli, ia akan mengadakan kongres luar biasa PAN untuk melengserkan Zulkifli Hasan dari jabatanya sebagai Ketua Umum PAN.
Cukup?
Belum.
Baru kemarin, Minggu, 18 September 2016, Amien Rais kembali menyerang Ahok dan memprovokasi warga DKI dengan menggunakan kata-kata kasar untuk tidak memilih Ahok. Hal tersebut dia sampaikan saat menghadiri dan memberi sambutan dalam rapat akbar Forum RT/RW DKI Jakarta.
Amien kembali menuding Ahok sebagai pimpinan yang sangat arogan, anti-rakyat kecil, dibeking pemodal, dan menghina Ahok dengan memberi sebutan kasar kepadanya, yaitu “gubernur dajal”, dan “dewa kecil ingusan.”
"Saya betul-betul tidak tahan melihat negeri sebesar ini kemudian DKI dikelola secara serampangan. Gubernur itu berani melawan hukum sehingga dia seperti dewa kecil, tetapi dewa ingusan, bisa dikalahkan Insya Allah," ujar dia (Kompas.com).
Jika Amien Rais kerap mengecam Ahok dengan alasan Ahok sering berkata kasar, dengan menggunakan kalimat-kalimat yang bahkan lebih kasar daripada Ahok – sedangkan Ahok sendiri sekarang sudah jauh lebih santun, maka Presiden Jokowi mengaku sedih jika berselancar di dunia maya, khususnya di media sosial atau media massa (berita) online.