Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mempertanyakan Efektivitas Tol Laut Jokowi

9 Desember 2015   09:18 Diperbarui: 14 Mei 2016   14:56 3021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tol Laut tidak menerima LCL, sehingga pengirim yang hanya punya barang sedikit, tidak sampai satu kontainer, tidak bisa mengirim barang-barangnya, meskipun termasuk di dalam daftar barang yang boleh dikirim.

Selain itu, karena hanya ada satu kapal Pelni yang melayani rute Tol Laut dari Surabaya ke Fakfak (dengan pergi-pulang melewati beberapa pelabuhan kota lainnya) itu, maka pengangkutan hanya bisa dilayani paling cepat sebulan sekali. Hal ini tentu saja menjadi tidak efektif, karena terlalu lama.

Sedangkan meskipun kelihatan tarif lebih mahal, pengakutan dengan pelayaran swasta justru terdapat beberapa keunggulan, di antaranya:

Tidak ada batasan jenis barang yang akan dikirim. Apa saja boleh, kecuali dilarang undang-undang (barang terlarang). Juga ada barang-barang tertentu harus dengan izin khusus dari pelayaran, seperti tabung elpiji dengan isinya.

Bisa menerima FCL, maupun LCL. Sehingga pengirim yang hanya punya barang sedikit, tidak sampai satu kontainer, tetap bisa mengirim barang-barangnya.

Per satu kontainer diperkenankan mengisi barang-barang sampai 23 ton. Untuk FLC, misalnya, pengirim mengirim beras dan atau gula, sampai 23 ton di dalam satu kontainer, maka selalu saja ada ruang kosong di dalam kontainer itu. Ruang kosong isi boleh diisi dengan barang-barang ringan sampai penuh, seperti mie instan, tisu, dan lain-lain. Biasanya, jika mengirim gula/beras seberat 23 ton, sisa ruangan kosong di dalam kontainer itu, saya isi dengan 200 karton mie instan.  

Karena untuk FCL perhitungan tarifnya adalah per kontainer, maka boleh dikatakan pengiriman 200 karton mie instan itu tanpa biaya angkut (“gratis”).

Selain itu, frekwensi pengangkutan barang dengan pelayaran swasta ini lebih banyak dan cepat daripada Tol Laut, yaitu rata-rata 2 kali per bulan.

Jadi, jika dihitung-hitung, tarif Tol Laut dengan tarif angkutan barang via laut pada umumnya, atau normal dengan pelayaran dan ekspedisi swasta itu, tidak jauh selisihnya.

Maka, pertanyaannya adalah apakah program Tol Laut Jokowi ini akan benar-benar efektif dan efesien, dan bermanfaat secara signifikan untuk daerah-daerah kecil dimaksud? Apakah benar dengan Tol Laut itu harga barang-barang di daerah-daerah tujuan Tol Laut itu akan bisa lebih murah sekitar 30 persen, seperti yang dikatakan Mendagri Thomas lembong tersebut di atas?

Dengan kondisi seperti ini, saya menjawabnya: Tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun