a. Biaya Implementasi yang Tinggi
Teknologi AI, termasuk sensor pintar, drone, dan robot pertanian, membutuhkan investasi yang besar. Banyak petani kecil dan menengah kesulitan mengadopsi teknologi ini karena biaya awal yang tinggi.
b. Kurangnya Akses ke Infrastruktur Digital
Di beberapa negara berkembang, infrastruktur teknologi seperti konektivitas internet dan penyimpanan data berbasis cloud masih terbatas. Hal ini menghambat penerapan AI yang membutuhkan data real-time dan akses ke jaringan komputasi yang kuat.
c. Keterbatasan Pengetahuan dan Keterampilan
Banyak petani masih belum memiliki keterampilan untuk mengoperasikan teknologi berbasis AI. Diperlukan pelatihan dan edukasi yang lebih luas agar AI bisa diadopsi secara efektif di lapangan.
d. Ketergantungan pada Data yang Akurat
AI hanya dapat bekerja dengan baik jika didukung oleh data yang berkualitas tinggi. Namun, di beberapa daerah, data pertanian seperti pola cuaca, kondisi tanah, dan kesehatan tanaman masih belum terdokumentasi dengan baik.
 e. Keamanan Data dan Privasi
Penggunaan AI dalam pertanian sering kali melibatkan pengumpulan data dalam jumlah besar. Hal ini menimbulkan risiko keamanan data dan privasi, terutama jika data tersebut jatuh ke tangan yang salah.
10. Menuju Era Pertanian Digital yang Lebih Cerdas
Dengan AI, pertanian kini lebih cerdas dan efisien. Negara-negara di seluruh dunia telah membuktikan bahwa inovasi ini mampu meningkatkan hasil panen, mengurangi limbah, serta menjadikan pertanian lebih ramah lingkungan.