Mohon tunggu...
Daniar
Daniar Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Umika, Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Covid-19: Masyarakat "Ngeyel"

19 Oktober 2020   22:25 Diperbarui: 19 Oktober 2020   22:31 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di awal penyebaran virus covid-19, pemberitaan luar negeri menyebut bahwa pemerintah lambat bahkan ada yang merasiokan angka sebenarnya kasus covid-19 yang terjadi di Indonesia seolah tidak percaya dengan data yang sudah dipublikasikan.

Itu sah-sah saja karena dalam demokrasi, Indonesia sangat menghormati kebebasan berpendapat. Kalau diamati, kritikan-kritikan dari luar, sangat bermanfaat bagi pengambilan kebijakan dalam usaha menangani kasus virus tersebut.

Banyak hal yang sudah dilakukan pemerintah setempat untuk meminimalkan penyebaran virus covid-19 ini. Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah setempat di antaranya adalah menyosialisasikan cuci tangan, jaga jarak (social distancing), karantina wilayah, hingga PSBB.

Namun, semua hal tersebut tampaknya tidak berpengaruh bagi sebagian besar masyarakat sehingga menyebabkan penyebaran virus tidak terlalu terkendali. Kasus covid-19 yang tercatat sampai Kamis, 14 Mei 2020 berjumlah 16.006, itu adalah angka yang masih besar, walaupun kecil bila dibandingkan dengan Amerika. (https://ternate.tribunnews.com/2000-per-14-mei-2000).

Mengapa dikatakan bahwa langkah-langkah yang diambil dalam penanganan virus tidak terlalu berpengaruh bagi sebagian masyarakat? Realitas yang ada pada salah satu kota di Jawa Barat yang termasuk daerah zona merah masih banyak masyarakat yang melakukan aktivitas seperti biasa walaupun beberapa fasilitas umum diperketat bahkan ditutup.

Masyarakat tetap berkumpul bahkan sepengetahuan pihak RT/RW baik hanya sekadar kongkow-kongkow, maupun melakukan ibadah bersama. Bukan hanya itu, bulan Ramadhan biasanya masyarakat melakukan ngabuburit, aktivitas tersebut tetap berlangsung walaupun di tengah pandemi saat ini. Mereka seolah tidak takut dengan covid -19. Padahal virus tersebut bisa saja mengancam orang-orang yang dicintaiya termasuk jiwa mereka sendiri.

Pemerintah setempat memang sudah mengimbau secara mobile ke pelosok-pelosok daerah untuk menggunakan masker, bahkan kebijakan melengkapi petugas dengan bambu dalam upaya mengontrol masyarakat yang masih "ngeyel", tetapi agaknya langkah-langkah yang sudah dilakukan masih belum bisa "memenjarakan" keinginan sebagian masyarakat untuk berkumpul atau hanya sekadar "cari angin". Apa yang sebenarnya terjadi?

Dari segi kodrat manusia adalah homo fabulans, yaitu manusia yang menyukai cerita. Jadi, sangat wajar jika masyarakat masih tetap berkumpul dan berinteraksi secara dekat.

Kekhawatiran masyarakat terhadap virus covid -19 tidak terlalu kuat karena melihat "kanan-kiri". Yang dimaksud melihat "kanan-kiri"  adalah masyarakat yang hidup di era 4.O saat ini menyerap banyak informasi seperti berita masih ada pabrik yang beroperasi, beda istilah antara mudik dan pulkam, sampai dengan ASN dan non-ASN yang tidak lagi WFH (Working From Home). Mereka seolah terstimulus dengan berita yang ada. Hal tersebut terjadi karena sebagian masyarakat hanya membaca teks berdasarkan teks, bukan teks berdasarkan konteks dan koteks.

Namun, hal ini pun bukan kesalahan mereka sepenuhnya karena aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup lebih besar dibandingkan dengan aktivitas berliterasi. Sebagian masyarakat baik masyarakat dengan tingkat pendidikan yang lumayan tinggi, maupun masyarakat awam hanya tidak siap menerima laju informasi yang deras.

Ketidaksiapan menyambut informasi ini boleh jadi disebabkan oleh minat literasi yang hanya 50%. Jadi, mereka membaca  teks, tetapi tidak secara keseluruhan karena sudah datang informasi berikutnya sehingga informasi yang didapat bertumpuk dan sulit mendapatkan inti dari teks-teks tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun