Mohon tunggu...
Petrus Danggalimu Pemula
Petrus Danggalimu Pemula Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Lahir di Gollu Manila, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kecamatan Wewewa Timur, Desa Wee Limbu pada tanggal, 07-02-1983. Pernah tinggal di pedalaman Kabupaten Rote Ndao, Kecamatan Lobalain Desa Kuli, Dusun Talilipa. Sebagai pelayan anak-anak usia dini melalui dunia pendidikan dengan Visi: pendidikan berkualitas dan karakter mulia dalam diri siswa, sebagai kepala TK-SD. Kemudian pindah ke Kupang dan melayani anak remaja di Rumah Belajar Tefila - Oebufu - Kupang. Sekarang tinggal di Kota Kupang-Oebufu dan pekerjaan terakhir sebagai petani sayur organik-Oebufu-Kupang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sok Tahu

3 Juli 2020   13:33 Diperbarui: 3 Juli 2020   13:23 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah satu dari catatan firman Tuhan di atas adalah masalah fokus . Maksudnya bahwa murid-murid lebih berfocus pada hal-hal yang nampak secara lahiriah. Hal pertama kita lihat kembali pada ayat 16
"Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti."

Roti yang mereka maksudkan adalah roti yang adalah makanan bagi tubuh. Dalam ay 14 dicatat bahwa dari 12 orang, hanya ada sebuah roti yang dibawa. Mungkin salah satu dari mereka yang bawa. Apakah Yudas karena dia adalah seorang bendahara? Tidak ada penjelasan, atau bisa jadi juga yang lain.

Apa yang ada dalam pikiran murid Yesus ini sangat dipengaruhi oleh apa yang lebih dominan dalam diri mereka. Mereka lebih ingat tentang makanan. Mereka lebih ingat bagaimana Yesus dapat memberi makan banyak orang, dibandingkan dengan apa yang terjadi dibalik makanan tersebut. Demikian halnya dengan generasi kita hari ini. Bila yang ada dalam hati dan pikiran kita hanyalah tentang hal-hal yang nampak, maka akan diikuti oleh apa yang lebih banyak ucapkan dan dilakukan tentang hal-hal yang nampak dan bersifat sementara.

Banyaknya komentar tentang kapan pandemi ini akan segera berakhir yang bertebaran dimana-mana, terlebih diberbagai media social. Komentar-komentar tersebut munculnya dari berbagai kalangan, seperti pemerintah, tenaga Pendidik, Tukang Ojek, Pengusaha, Petani, dan semuanya mengharapkan demikian. Dibalik semua ini tidak lain yang dipikirkan selain masalah ekonomi atau lebih khususnya masalah makan minum hari-hari.

Pertanyaannya adalah berapa banyak orang yang bertanya terlebih dahulu mengenai apa maksud TUHAN atas semuanya ini? Bukankah karena terlalu banyak focus pada hal-hal lahiriah sehingga apa yang dilakukanpun lebih banyak bersifat lahiriah. Contohnya oleh pemerintah ada bansos, blt, dll. Lembaga-lembaga kemanusiaan lainnya juga melakukan hal yang sama, sembako, dll.

Apakah hal ini salah? Tidak! Tetapi bagaimana setiap orang dapat melihat jauh lebih ke dalam tentang sebuah masalah yang dihadapi sehingga mereka datang pada TUHAN dan bertanya apa maksud TUHAN dibalik semua ini? Kadang kita tidak sadar bahwa apa yang kita anggap logis untuk dilakukan tersebut malah membawa setiap mereka mengasihani diri sendiri dan senantiasa berharap uluran tangan manusia. Bantuan yang mengalir bisa jadi penghalang bagi setiap orang untuk datang pada TUHAN. Inilah yang beberapa kali disebut sebagai SOK TAHU, seolah-olah kita paling tahu bahwa itulah yang paling dibutuhkan oleh mereka dan kita bergerak ke arah sana.
Apa dampak dari sok tahu?

Mari kita perhatikan ayat-ayat di bawah ini
Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? (ayat 17)

Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? Tidakkah kamu ingat lagi, (ayat 18)

pada waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?" (ayat 19)

Dalam ayat-ayat di atas, Yesus menegur dengan keras dan tegas kepada murid-murid-Nya yang "SOK TAHU"

eguran keras dan tegas memang dibutuhkan. Untuk itulah Yesus menegur mereka yang dianggap-Nya telah faham dan mengerti seperti murid-murid. Murid-murid Yesus ini sudah hidup Bersama Yesus cukup lama, dan Yesus punya harapan yang lebih kepada mereka untuk memahami segala apa yang telah dilakukan-Nya, tetapi sampai pada detik ini ternyata belum. Untuk itulah mengatakah seperti ini: "Telah degilkah hatimu?" Teguran seperti ini bisa mematahkan semangat bila yang menerima teguran tidak cukup dewasa untuk menerimanya. Dapat kita lihat pada contoh lain  yang terjadi pada 70 murid lainnya yang mengundurkan diri karena persoalan yang sama "teguran keras" yang sebenarnya bukan untuk mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun