Mohon tunggu...
Petrus Danggalimu Pemula
Petrus Danggalimu Pemula Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Lahir di Gollu Manila, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kecamatan Wewewa Timur, Desa Wee Limbu pada tanggal, 07-02-1983. Pernah tinggal di pedalaman Kabupaten Rote Ndao, Kecamatan Lobalain Desa Kuli, Dusun Talilipa. Sebagai pelayan anak-anak usia dini melalui dunia pendidikan dengan Visi: pendidikan berkualitas dan karakter mulia dalam diri siswa, sebagai kepala TK-SD. Kemudian pindah ke Kupang dan melayani anak remaja di Rumah Belajar Tefila - Oebufu - Kupang. Sekarang tinggal di Kota Kupang-Oebufu dan pekerjaan terakhir sebagai petani sayur organik-Oebufu-Kupang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Motivasi Menyembah Tuhan

17 November 2019   08:40 Diperbarui: 17 November 2019   08:40 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Matius 2:1-23
Dalam Firman Tuhan tersebut, terdapat dua kelompok orang yang datang mencari dan hendak menyembah Tuhan dengan motivasi yang berbeda

Kelompok pertama (Orang Majus). Orang-oran  ini merupakan kaum/turunan bangsawan, orang terpelajar/berilmu, orang berhikmat, dan ahli dalam dunia perbintangan dari daerah Timur Betlehem. Salah satu bukti, bahwa ketika mereka melihat bintang dari Timur, mereka dapat mengenalinya dengan sangat baik bahwa bintang tersebut adalah pertanda kelahiran seorang Raja baru.

Tentu tidak semua orang dapat membaca bintang bila tidak memiliki keahlian khusus. Lalu mereka memutuskan untuk datang jauh-jauh dari Timur  ke Betlehem. Tujuannya adalah mereka datang untuk menyembah Raja yang baru lahir tersebut. Kesadaran akan siapa yang hendak mereka jumpai dan sembah, membuat mereka mengorbankan diri, cara berpikir, waktu, tenaga, materi, kedudukan, bahkan keluarga mereka  dikorbankan untuk Pribadi yang bernama Yesus sebagai  Raja Sejati, walau masih seorang anak.

Kelompok kedua (Herodes).  Herodes juga datang mencari dan ingin menyembah Raja baru tersebut tetapi  motivasinya berbeda. Ia tidak memiliki kemurnian hati untuk menyembah, melainkan ia memiliki rencana busuk. Ia malah mengorbankan orang lain demi kekuasaan. Hal ini terjadi karena Herodes tidak rela jabatan dan kedudukannya tergeserkan.  

Sebenarnya Herodes tahu berdasarkan informasi dari orang majus bahwa bintang yang dilihat orang majus tersebut benar adanya sebagai pertanda lahirnya seorang Raja baru. Bahkan untuk memperjelas penglihatan tersebut, Herodes berusaha mengumpulkan berbagai informasi dari para imam kepala dan ahli Taurat. Herodes akhirnya benar-benar menemukan kebenarannya bahwa nubuatan tentang kelahiran Raja baru akan terjadi di Betlehem. Walau demikian ia tetap tidak peduli.   Bayangkan anak-anak usia 2 tahun ke bawah yang  tidak berdosa ditebas habis-habisan hanya  karena nafsu akan jabatan.

Bagaimana dengan kita? Motivasi penyembahan seperti apa yang kita miliki dalam diri pada saat kita datang pada Raja Yesus ? Lebih mendekati orang majus atau Herodes?  Bila kita datang pada-Nya karena didorong oleh berbagai kepentingan pribadi seperti jabatan, uang, kekayaan, dll maka tidak ada bedanya dengan Herodes. Kita akan mengorbankan orang lain untuk memenuhi keinginan kita sendiri.

Bukankah hari-hari ini ada begitu banyak orang yang memanfaatkan nama Tuhan untuk kepentingan pribadi. Sebagai contoh ada beberapa kalimat permohonan yang seringkali dilontarkan: "tolong doakan saya karena saya akan maju sebagai anggota dewan", "tolong doakan anak saya, karena ia akan tes polisi atau PNS", "tolong doakan agar babi atau binatang piaraan saya sehat", "tolong doakan saya karena saya sedang sakit", "tolong doakan karena saya akan naik ring tinju seminggu lagi" dan berbagai permintaan tolong lainnya.

Perhatikan bahwa kalimat-kalimat yang dimulai dengan kata tolong tersebut kelihatannya sangat rohani, tapi sadarkah kita bahwa yang menjadi pusatnya adalah pribadi manusia, bukan Tuhan. Semuanya demi kepentingan manusia.

Firman Tuhan pun  tidak lagi disampailan dengan maksud murni/motivasi yang benar.  Kadang para pemberita Firman layaknya seorang penjual obat yang mempromosikan obatnya kemudian laku terjual.

Percaya atau tidak, demikianlah realitanya. Oleh karena itu coba kita berevaluasi diri dan benar-benar memandang pada Yesus. Bila Yesus yang menjadi fokus, figur dan teladan dalam menjalani hidup kita, maka dalam segala aktivitas dan pelayanan kita sudah pasti bahwa pengorbanan akan menjadi bagian dari kita.  Kita akan mengorbankan diri kita dan segala yang kita miliki seperti orang majus untuk kepentingan kerajaan-Nya di bumi dalam bidang pelayanan apapun juga. Kita tidak akan membedakan ini pelayanan sekuler dan ini pelayanan yang berbau rohani. Semuanya, dari, oleh dan untuk Tuhan.

Berharap memberkati.

Renungan pagi Keluarga
Oebufu-Kupang-NTT,
17 Nopember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun