Mohon tunggu...
Danendra Giri Reswara
Danendra Giri Reswara Mohon Tunggu... Pelajar

Seorang Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seperti Kanigara

31 Juli 2025   19:08 Diperbarui: 6 Agustus 2025   08:17 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa bunga tumbuh di taman indah, disiram setiap hari. Tapi ada juga bunga yang tumbuh sendiri, di tempat yang panas dan kering seperti bunga kanigara. Dan di sekolahku, aku bertemu seseorang yang mengingatkanku pada bunga itu.

Namanya Kani. Awalnya aku mengira itu cuma nama panggilan biasa, singkatan dari nama panjangnya atau nama lucu yang dibuat teman-teman. Tapi ternyata aku salah. Di suatu siang yang panas, saat kami duduk berdua di taman sekolah setelah jam pelajaran selesai, Kani bercerita. "Ibuku kasih nama itu dari bunga kanigara," katanya pelan sambil menunjuk ke bunga kecil berwarna oranye yang tumbuh liar di tepi pagar. "Bunganya kecil, tumbuh di tempat panas dan kering. Walaupun begitu, dia tetap kuat dan bisa mekar sendiri."

Waktu itu aku belum begitu paham maksudnya. Kupikir, semua bunga pasti harus dirawat, dikasih air, dipupuk, dan diberi tempat yang subur supaya bisa hidup. Tapi makin lama aku kenal Kani, aku mulai ngerti kenapa ibunya memilih nama itu untuknya.

Kani bukan tipe orang yang suka cari perhatian. Dia pendiam, tapi selalu memperhatikan sekitar. Kalau ada teman yang sedih, dia yang pertama datang. Kalau ada tugas kelompok, dia yang diam-diam kerjain bagian yang belum selesai. Di kelas, dia nggak pernah jadi pusat perhatian. Tapi semua orang tahu, dia bisa diandalkan. Dia nggak pernah terlambat, nggak suka ngeluh, dan selalu bantu siapa pun yang butuh, tanpa banyak bicara.

Kami makin lama makin dekat. Aku mulai sering duduk bareng dia saat istirahat, kadang juga pulang bareng kalau arah rumah kami sama. Dari situ aku tahu, hidup Kani nggak mudah. Ayahnya sudah lama meninggal, dan ibunya kerja dari pagi sampai malam untuk mencukupi kebutuhan mereka. Tapi Kani nggak pernah cerita dengan nada sedih atau mengeluh. Dia cerita seperti biasa, seperti seseorang yang sudah terbiasa berdiri sendiri.

Suatu hari, aku lagi bad mood dan merasa stress karena nilai ulanganku jelek dan orang tuaku mulai membanding-bandingkan aku dengan saudaraku. Kani duduk di sebelahku dan bilang, "Hidup ini sebenarnya sama kayak tanah kering. Suatu hari, kita harus jadi kayak kanigara. Jangan nunggu tanahnya subur dulu baru mau tumbuh."

Aku diam. Kata-katanya sederhana, tapi langsung terasa di hati. Dia nggak bilang aku harus semangat atau harus rajin. Dia nggak nyuruh aku apa pun. Tapi justru itu yang bikin aku tersentuh. "Nggak semua orang tumbuh di tempat yang enak," lanjutnya, "tapi kanigara tetap bisa mekar, walau sendirian."

Sejak itu, aku mulai memperhatikan bunga kanigara lebih sering. Bunga kecil yang dulunya aku anggap biasa ternyata punya makna. Setiap kali aku lihat bunga itu di taman sekolah, aku langsung teringat Kani, temanku yang kuat, yang tumbuh dalam kesulitan tapi tetap bisa memberi ketenangan untuk orang lain.

Kani nggak pernah berubah. Dia tetap jadi dirinya sendiri: tenang, sederhana, tapi kuat. Dan sekarang, aku pun ingin jadi seperti dia. Aku belajar bahwa kita nggak harus hebat di mata semua orang. Yang penting, kita bisa tetap bertahan, tetap tumbuh, meskipun nggak ada yang lihat atau memuji kita.

Buatku, Kani adalah kanigara yang berjalan di antara kita. Dia mungkin nggak terlihat mencolok, tapi kehadirannya berarti. Dan kalau suatu saat aku bisa jadi lebih kuat, lebih sabar, dan lebih bijak dalam menghadapi hidup, aku tahu, itu karena aku pernah mengenal seorang sahabat seperti Kani. Seseorang yang diam-diam mekar, tapi mampu membuat dunia orang lain jadi lebih hangat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun